Monday 6 May 2019

Mengambil Pelajaran Dari Banyak Kisah



Mungkin sebagian dari kita ada suka membaca buku, cerita atau sebagainya. Tapi tidak sedikit juga yang tidak menyukainya, ada yang bilang membaca itu membosankan, ada yang bilang membaca itu bikin ngantuk. Tapi ada juga yang bilang membaca itu suatu kebutuhan, membaca itu suatu keharusan dan membaca itu seperti candu .

Apapun genre bacaan yang kita baca, itu bisa membuka wawasan dan pola pikir kita . Bagaimana kita melihat orang lain tidak hanya dari sudut pandang kita, begitulah membaca, kita menjadi tahu dan memahami orang lain dari sudut pandang yang berbeda.

Setiap orang memiliki cara pandang tentang cerita yang berbeda-beda. Kesukaan isi bacaan setiap orang pun berbeda.

Aku suka membaca novel atau cerita tentang traveler, terlebih jika latar tempatnya adalah luar negri. Mislanya kawasan Eropa dan negeri-negeri yang minoritas muslim. Bagiku membaca cerita seperti itu membuka wawasanku tentang dunia luar, bukan hanya tempat-tempat yg diceritakan selalu membuat imajinasiku berkelana membayangkannya. Tapi juga tentang budaya dan karakter orang-orangnya.

Dari beberapa cerita bagaimana keadaan muslim di negeri minoritas. Bagaimana mereka harus menjalankan ibadah di negeri itu. Dengan begitu banyak hikmah yang bisa diambil, membuatku merasa bersyukur berada di Indonesia yang katanya sudah sangat semrawut ini.

Aku pernah membaca sebuah cerita, seorang wanita muslimah yang tinggal di Jepang untuk mengikuti suaminya yang sedang lanjut studi di sana. Wah asyik ya membayangkannya, tapi tidak semuanya indah. Beliau yang berstatus muslimah dengan pakaian muslimahnya tak jarang dipandang sebagai teroris dan sebagainya. Baliau harus menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilo meter hanya untuk belajar dan memperdalam Islam yang dilakukan setiap seminggu sekali dengan biaya yang tidak murah, kita yang di Indonesia banyak yang menyelenggarakan tabligh akbar atau pengajian umum yang gratis, cuma tinggal berangkat saja kadang ogah-ogahan dengan alasan sibuk, lalu apakah pernah kita berfikir orang-orang yang datang kejian itu adalah para pengangguran. Disitu kadang kita tidak menyadari sesuatu yang harus kita syukuri.

Untuk kita yang berada di Indonesia tidak perlu susah mencari makanan halal, karena dipasar ataupun supermarket dan restoran ataupun rumah makan membludak dengan makanan halal. Tapi bagaimana dengan mereka yang tinggal di negeri minoritas, seperti di Paris misalanya, sepasang suami istri yang menceritakan pengalaman hidup sebagai seorang muslim di Paris harus sangat jeli memilih makanan halal, harus memperhatikan kode-kode makanan yang tidak mengandung bahan-bahan haram yang itu diperlukan ketelitian yang sangat jeli, mungkin bagi kita itu sepele, tapi tidak bagi muslim yang sangat memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.

Di Indonesia kita diberi kebebasan untuk menutup aurat, tapi dengan mudahnya kita membuka aurat. Seperti dinegeri-negeri yang mereka melarang untuk memakai jilbab. Jangan salah, beberapa tahun lalu sebelum kepemimpinan Bapak Erdogan di Turki, ada larangan memakai jilbab di kantor-kantor pemerintahan dan sekolah maupun kampus, sehingga tak jarang ada yang melepas jilbabnya saat kuliah atau sekolah, memakai wig saat dikampus, memakai topi dan memasukkan jilbabnya kedalam baju. Itu supaya mereka tidak dihukum atau dikeluarkan dari ruang kerja atau belajar. Kita disini yang bebas diperbolehkan tapi masih enggan. Disitulah yang seharusnya perlu kita syukuri.

Untuk bulan Ramadhan kita di Indonesia sangat terasa saat ini, karena sangat banyak yang berpuasa dan saling menghargai, cukup mudah untuk Indonesia yang waktu puasanya tidak cukup panjang dan kadang pekerjaan dibulan Ramadhan kadang lebih dimudahakan, seperti sekolah dan kuliah libur beberapa hari menjelang puasa dan hari raya atau bahkan libur full selama puasa ditambah dengan libur lebarang dan jadwal cuti bersama. Namun bagaimana dengan saudara-saudara kita diluar sana. Jika bulan Ramadhan jatuh pada musim panas, maka waktu puasa menjadi semakin lama bisa sampai 18 jam, dan waktu sholat yang berubah, mereka ada yang harus menunggu hingga tengah malam untuk melaksanakan sholat isya dan lebih cepat melaksanakan sholat subuh. Untuk urusan pekerjaan dan pendidikan mereka tidak peduli apakah itu dalam keadaan puasa atau bukan, bagi mereka kerja ya kerja tidak peduli kamu puasa atau tidak, itu resiko kamu menjalankan ibadahmu, dan itu tidak boleh mempengaruhi kerjamu. 
Pernahkah kita berfikir akan hal itu, yang kadang kita masih mengeluh dan bermalas-malasan dengan alasan "aku kan puasa". Ya mungkin kita harusnya malu sudah berada ditempat yang nyaman tapi tetap merasa kurang.

Mungkin banyak dari kita termasuk saya yang ingin pergi untuk berjalan-jalan atau menempuh pendidikan diluar negeri dengan baground tempat yang terkesan wah, tapi kadang kita lupa bahwa yang kita hanya mencari pemandangan indah dan supaya terlihat wah jika berada diluar negeri. Kita tak pernah membayangkan bagaimana kondisi ibadah kita ditempat yang baru, tempat minoritas yang tidak meyakini adanya Tuhan. 

Dari beberapa cerita yang pernah saya baca, membuat saya merasa bersyukur berada diIndonesia yang kebanyakan ah aku ingin pindah kewarganegaraan saja, indonesia kalah maju dari negara lain, indonesia banyak hutang, dan segala keburukan yang terjadi di Negeri ini. Tapi sadarkah kita, dinegeri ini kita telah belajar bagaimana negeri lain. Saya sangat bersyukur, bekerja ditempat yang tidak mengekang dan bebas berpakaian layaknya seorang muslimah, tinggal dinegara yang membebaskan kita beribadah tanpa takut akan ditembak, banyak tempat-tempat kajian untuk lebih banyak menimba ilmu islam, media dakwah islam pun banyak ditemui dimana-mana. 

Maka bersyukurlah, melihat negara lain yang indah dan megah itu tak selalu membuat nyaman, syukuri yang kita miliki saat ini, rumput tetangga lebih hijau, tapi tak semua rumput yang hijau itu cocok untuk kita.


#DayOne
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

6 comments:

  1. saya masih bersyukur cuma mendarat di tanah Sumatera. coba dapat suami sampe ke jepang sana pasti susah yaa masjid jauh mau cari makanan halal harus teliti bener

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe iya Alhamdulillah. Masih diberi kemudahan sama Allah. Supaya tidak susah cari makanan halal. 😉

      Delete
  2. Iya. Bersyukur dan bangga dengan negara sendiri. Ulasannya menarik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah. Semoga kita tetap bersyukur. 😊

      Delete
  3. Saran aku font tulisannyandi ganti deh kak, atau temanya :' Kasihan yg blogwalking dari hp agak gak keliatan :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh iya ya. Hehehe iya deh. Nanti diganti model tulisannya. Maklum nulisnya d laptop. 😁. Terimakasih sarannya. 🤗

      Delete