Sunday 19 May 2019

Wanita kahir Zaman





Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-13 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.
 
Pernahkah merasakan ketika kita ingin berubah menjadi orang yang lebih baik tapi banyak rintangan hingga akhirnya kita mundur atau tetap terus maju dan melawan rintangan itu. Sebagian orang yang telah mantap memilih jalan hijrahnya akan terus maju dan menaklukan segala rintangan itu.
Pengalaman hijrah saya kali ini adalah bagaimana saya dapat menjadi muslimah yang mampu menjalankan syariat islam dalam hal menutup aurat. Saat saya sekolah di mts, kami diwajibkan memakai kerudung. Sebenarnya saya tidak suka memakai kerudung. Saya selalu bertanya pada diri saya sendiri kala itu “mengapa saya harus berkerudung”, karena saya tipe anak yang tomboy jadi pakaian saya hampir semua menyerupai laki-laki bahkan rok yang saya miliki dapat dihitung jumlahnya. Kemudian saya dapatkan jawaban dari semua pertanyaan itu ketika saya mengikuti kajian islam khusus remaja putri dikota saya. Kali ini pembahasannya tentang kewajiban muslimah dalam menutup aurat. Materi yang menarik dan benar-benar menjawab atas pertanyaan yang selama ini tersimpan lama sejak saya kelas vii sampai kelas ix baru terjawab. Jawabannya sangat simple kenapa muslimah harus menutup aurat, agar muslimah terjaga kehormatannya. Simple ya sangat simple kemudian penjelasan-penjelasan berikutnya diperkuat dengan hadist dan al qur’an (q.s al ahzab:59 dan q.s an nur: 31). Walaupun telah mendapat materi itu, tapi hati saya belum tergerak untuk berubah, karena alasan bahwa wanita yang menutup auratnya secara sempurna (termasuk memakai kaos kaki) akan susah beraktivitas. Lagi-lagi alasan itu dapat terpatahkan dengan bukti bahwa ustadzah yang mengisi materi itu adalah seorang guru pns di sekolah kejuruan dengan jurusan pertanian dan perkebunan, dimana beliau ikut melakukan aktivitas dikebun bersama murid-muridnya.
Setelah lulus mts saya melanjutkan pendidikan di man. Sebelum saya lulus seleksi masuk man saya sudah berjanji pada diri saya bahwa saya benar-benar akan berhijrah, tidak lagi memakai jins dan celana apapun saat keluar rumah.Walaupun seragam kami rok, tetapi saat olahraga kami tetap harus memakai celana olahraga. Padahal saat itu saya telah berjanji untuk benar-benar menutup aurat dan tidak lagi memakai celana saat diluar rumah. Awalnya guru olahraga saya biasa saja, karena saya takut untuk memulai disekolah, maka saat ditanya kenapa saya berolahraga menggunakan rok, alasan saya adalah celana saya tertinggal (walaupun berbohong itu tidak boleh). Seiring berjalannya waktu dan saya telah memiliki keberanian untuk menyatakan bahwa saya benar-benar bisa melewatinya. Saat olahraga saya memakai rok, dan guru saya kembali menanyakan alasan saya, walaupun beliau tahu kemungkinan alasan yang akan saya sampaikan. Tapi alasan kali ini yaitu, saya menyampaikan bahwa wanita memang seharusnya menutup auratnya dan tidak memakai celana layaknya laki-laki, saat itu semua teman saya hanya terdiam dan menyaksikan saya mengatakan itu. Guru saya melarang saya untuk mengikuti olahraga, tapi saya tetap mengikuti walaupun saya diabaikan dan diacuhkan begitu saja. Kadang saya mengeluh dan merasa tidak kua. Saya memang melanggar aturan sekolah, tapi asal tidak melanggar syariat allah. Saya pernah dilarang dan diancam nilai saya jelek karena alasan saya tetap olahraga memakai rok, saat itu saya menangis di dalam kelas, teman saya membujuk saya untuk mengganti rok saya dengan celana, tapi saya tetap pada pendirian saya, saya katakan lebih baik saya berada dalam kelas tetap memakai rok dari pada saya harus olahraga menggunakan celana. Tapi guru tidak boleh menilai hanya dari itu, saya tunjukan bahwa saya masih bisa beraktivitas dan berolahraga memakai rok. Saat lari jarak jauh, saya membuktikan bahwa saya satu-satunya perempuan yang sampai pertama, lari estafet, lompat jauh, dan olahraga yang lain. Saya dengan pd mengikuti organisasi di sekolah dan pernah dicalonkan sebagai wakil ketua osis. Saya tunjukan bahwa saya mampu, nilai saya setiap pelajaran olahraga tidak pernah dibawah standar dan lumayan bagus, bahkan saya memiliki nilai yang cukup bagus dibanding mereka yang olahraga memakai celana (bukan sombong, tapi itulah bukti ketika kita menjalankan syariat allah maka allah juga akan menolong kita) akhirnya guru saya memperbolehkan saya memakai rok setiap olahraga walaupun beliau kadang kesal dengan saya.



#Day(13)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah


Saturday 18 May 2019

Menjadi Kupu-Kupu

Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-12 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.
Tidak terasa ternyata sudah memasuki hari ke-12 yang itu artinya kita semakin mendekat untuk meninggalkan ramadhan.
Pernahkah kita melihat proses awal pembentukan kupu-kupu yang indah itu. Ya, kita semua tahu bahwa kupu-kupu berasal dari kepompong. Mungkin banyak dari kita yang tidak menyukai kepompong, tapi banyak dari kita juga yang menyukai kupu-kupu.

Begitulah hidup ini, banyak orang yang tidak menyukai sesuatu yang tidak menyenangkan, tapi sangat mengharapka sesuatu yang indah dengan cepat.

Maka jadilah seperti kepompong, saat dia berjuang, banyak yang tidak menyukainya. Tetapi setelah menjadi kupu-kupu yang indah, banyak yang mendambakannya.

Ya mungkin itulah manusia, hanya melihat sesuatu yang sekarang terlihat membanggakan, indah, megah dan wah. Mereka hanya melihat hasil, tanpa tahu bahagiamana seseorang itu berjuang dengan
payah.

Maka tak apa jika orang hanya melihat keindahan dan kenyaman yang mungkin sekarang telah kita rasakan. Tak apa mereka tidak melihat lelahnya perjuangan dan gagal berkali-kali. karena kita pun tak perlu menjelaskan kepada mereka, mereka pun mungkin tak akan percaya. Hanya saja merek terlihat membanggakan kita ketika kita berada dipuncak kejaan dan akan kembali merendahkan kita ketika kita terjatuh.

Sebanyak apapun teman kita saat berada dalam kejaan, mereka tidak semua yang ada saat kita berada dalam keadaan terpuruk. Bersyukur jika mempunyai orang-orang yang selalu mendukung dalam segala hal.

#Day(12)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Thursday 16 May 2019

Aku seorang pembohong




Hallo apa kabar Ramadhan hari ke-11, semoga tetap istiqomah dalam menjalankan rutinitas ibadahnya. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita hari ini dan hari-hari berikutnya.

Ini tentang anak rantau, terlebih ini adalah tentangku. Aku bisa jadi orang yang ahli berbohong ketika aku jauh dari orangtuaku. Kenapa aku menjadi ahli pembohong ketika jauh, karena ketika dekat dengan orang tuaku aku tak mungkin bisa berbohong, mereka tau dan melihatku, sehingga aku tidak bisa selalu mengatakan “iya aku baik-baik saja” karena mereka melihat aku tidak baik-baik saja.

Kebohongan yang selalu aku lakukan adalah, ketika ibuku menelpon (ibuku selalu menelpon kalau aku jadi anak rantau), pertanyaan yang selalu dan selalu ditanya adalah “kamu sudah makan?”, Untuk pertanyaan itu aku jawab jujur. Tapi kalau aku lagi nggak enak badan, jika terpaksa aku harus angkat telponnya maka aku tidak katakan aku sedang sakit, kalau ibuku tanya “kenapa suaramu lemes?”, Jawabanku “baru bangun tidur Bu”. Tapi itu tidak sepenuhnya bohong, hanya saja tidak mengungkapkan keadaan yang sebenarnya, “baru bangun tidur” itu tidak bohong, karena orang sakit memang harus istirahat kan.

Pertanyaan lain yang sering ditanyakan waktu aku masih kuliah “uangmu masih ada?”, “Masih Bu”, pertanyaan akan berlanjut “sisa berapa”, sambil ketawa aku jawab “masih cukup kok Bu”. Ya, padahal sebenarnya uang didompet hanya tinggal 20 ribu. Hello 20 ribu posisi ditelpon hari Jum'at sore dan ibuku g bisa pakai ATM atau m-banking. Otomatis kemungkinan bakal dikirim hari Senin itu udah paling cepet, lalu Sabtu Minggu gimana nasibnya (tidur aja seharian gak usah kemana biar g keluar uang😂).
Kenapa ibuku nanyain nominal sisa berapa, karena aku gak pernah minta kiriman kecuali buat bayar kos dan bayar kuliah, selebihnya untuk belanja dan kebutuhan lain aku cuma menunggu tanpa meminta.

Kenapa aku bersikap demikian, karena kita yang tau bagaimana keadaan orang tua kita, baik fisik maupun psikis. Ibuku orang yang paling gak bisa kalau dengar anaknya sakit atau kekurangan uang. Mungkin orang tua yang lain pun sama. Tapi aku tahu ibuku sangat menghawatirkan, hingga beliau paling nggak bisa kalau dapat kabar nggak baik, beliau bakal sakit kalau memikirkan sesuatu terlalu berat. Makanya aku merahasiakan ketidaknyamanan ku bila menjadi anak rantau.

Biarkan mereka melihat aku baik-baik saja, agar aku tak terlalu membebani pikiran mereka.
Mungkin lebih tepatnya aku adalah seorang yang tidak mau berterus terang, itu karena aku tak mau membebani mereka. Biar s aja merasakan tidak enaknya sendiri. Toh gak selamanya gak enak kan.

Ibuku pernah tanya "Kok ibunya si Itu bilang anaknya nggak betah disana, katanya nggak enak di asrama, kuliahnya capek, tapi kok kamu nggak bilang gitu?". Ya ngapain diceritakan hal-hal semacam itu, karena bagiku, itu pilihanku, aku yang mau kuliah jauh, jadi aku harus terima konsekuensinya. Masih syukur orangtua masih mampu membiayai, masa balasannya dengan mengeluh.


#Day(11)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Wednesday 15 May 2019

Cari Calon Suami Kaya


Hai apa kabar hari ini, sudah memasuki puasa hari ke-10 ya ternyata. Alhamdulillah telah melaksanakan puasa 9 hari puasa. Semoga tetap Istiqomah menjalankan rutinitas ibadahnya.

Kali ini akan membahas tentang calon suami. Bukan berarti aku akan menikah dalam waktu dekat ini. Hanya saja aku tertarik untuk menuliskan ini, karena merasa sesuatu yang terpendam ini rasanya ingin diungkapkan.

Tadi malam ditelpon sama mas (kakak laki-lakiku) karena dia sedang dirumah, entah kenapa dalam telpon itu kemudian pembahasan kami tentang menikah. Memang aku yang memulai, niat untuk menanyakan ke masku karena terhitung umurnya memang sudah lumayan untuk menikah. Tapi kemudian aku yang kena imbasnya karena umurku pun sekira sudah wajar untuk menikah.

Ibu : Nanti kalau nikah cari calon suami yang kaya ya.
aku : Lah kenapa memang bu?
Ibu : Ya biar hidupmu enak, nggak susah.
Aku : Ya kali bu, nikah cuma karena kaya. Kalau kaya tapi nggak sholeh gimana?
Ibu : Ya yang kaya sama sholeh.
Mas : Iya kaya, tapi yang kaya orang tuanya, anaknya males-malesan. Ya sama aja susah juga.
Aku : Nah tu bener mas, setuju aku. Lagian bu nanti kalau cari yang kaya, Mas kapan nikahnya. Lah kalau semua perempuan pengennya nikah sama yang kaya. Bu, ibuu itu punya anak laki-laki dan perempuan lo, Nanti kalau aku mau nikah memberatkan calonku, nanti gimana kalau mas diberatkan juga sama calonnya. kan kasian.
Ibu : Ya iya sih, ya sudah kerja aja dulu. Bantuin mas buat modal nikah. hahaha.

Kira-kira begitulah isi percakapan antara anak-anak yang sudah mulai beranjak dewasa dengan orang tuanya terutama ibu.

Suatu hari bulekku bilang "Ku do'akan kamu nanti dapat suami yang kerjanya dikantoran atau PNS yang kaya, biar hidupmu enak nggak susah, yang sholeh juga".
Aku cuma senyum dan menanggapi "Sebentar ya bulek, aku ngaca dulu, hahaha kan jodoh itu cerminan diri kita, lah kira-kira ponakan bulek ini pantas nggak dapat yang kayak gitu"

Bukannya nggak pengen punya suami kaya, tapi untuk apa kaya kalau dia nggak menghargai wanita, memang wanita hanya dihargai dengan kekayaan saja, untuk apa kaya kalau hanya kaya harta, tak diimbangi dengan keramahan, kasih sayang dan masih banyak lagi yang perlu dipertimbangkan. Hidup terlalu kejam jika hanya mengandalkan kekayaan. Bukan berarti nggak pengen kaya, karena muslim itu memang harus kaya supaya bisa lebih banyak bisa membantu saudara-saudara muslim yang lain. Tapi nikah kalau cuma karena kaya, lalu ketika kekayaan itu hilang, maka akan kecewa.

Dia kaya, tapi kalau ternyata dia bukan orang yang sopan, hanya memandang kebahagian itu dinilai dari banyaknya harta, dia kaya tapi dia pandai berbohong, dia kaya tapi sering membuat kecewa, dia kaya tapi tangan sangat ringan melayang untuk menyakiti, dia kaya tapi tidak pernah berbagi, dia kaya tapi hanya untuk diri sendiri dan keluarga, dia kaya tapi selalu mengejar dunia dan menumpuk kekayaan tanpa mengingat untuk membimbing keluarganya menuju kebaikan. Takutnya dia kaya, lalu dia meremehkan rezeki yang sedikit.

Bagaimana kalau dia hanya melihatku memilihnya hanya karena hartanya, lalu dia bisa saja memperlakukanku sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaanku. Bagaimana kalau dia hanya menilai bahagiaku hanya dengan harta.

Aku khawatir jika dia menilai bahwa bahagiku hanya karena harta, lalu dia melakukan segala cara untuk menjadi kaya, bahkan mengambil hak orang lain. Itu bukan bahagia namanya, menikmati apa yang bukan menjadi haknya, lalu menjadi beban fikiran dan kemudian merasa tertekan lalu sakit, apakah harta itu menjadi nikmat atau malah bencana.

Bahagia bukan cuma tentang harta, bukan berarti juga tak menginginkannya. Jika mendapatkan suami yang kaya, alhamdulillah itu artinya dia percayakan hartanya kepadaku untuk menjaganya. Jika mendapatkan yang belum kaya, itu artiinya dia percaya aku yang akan membantu menguatkan dan membantunya untuk meraih semuanya bersama.

Jika bahagia hanya dinilai dari kekayaan, Maka tidak heran banyak adanya koruptor adalah laki-laki, mungkin karena istrinya kurang bersyukur dengan harta yang diberikan suaminya, lalu sang suami melakukan segala cara untuk membahagiakan keluarganya dengan memberikan banyak harta berlimpah dan kehidupan megah, namun dari cara yang tidak berkah.

Aku hanya takut saja ketika kekayaan membutakan segalanya, ujian bagi wanita adalah ketika suaminya tak memiliki apa-apa, dan ujian untuk laki-laki adalah ketika dia telah memiliki segalanya. Aku takut, ketika dia memiliki segalanya, dia akan dengan mudahnya meninggalkan dan membuat banyak kekecewaan.

Mungkin bagi sebagian orang menikah itu simpel banget, karena menikah itu memuliakan sunah dan menyempurnakan separuh agama. Tapi bagiku tidak sesimpel itu, karena menikah itu ibadah seumur hidup, memikirkan akan hidup dengan orang yang tak ku kenal kepribadiannya, sifat dan sikapnya. Karena aku tak pernah mencari tahu bagaimana sosok lelaki idaman, bahkan mungkin aku tidak tahu bagaiman kriteria calon suami idamanku, hanya takut berharap, ketika mengharapkan segala kesempurnaan tapi Allah berikan yang sebaliknya. Hanya bisa berprasangka baik saja sama Allah.

Mungkin mudah diucapkan tapi apakah bisa untuk dipraktekan, bagaimana kalau mengalaminya. Hanya berharap Allah memberikan yang sesuai dengan apa yang kuharapkan.

#Self Reminder  


#Day(10)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Tuesday 14 May 2019

Bagaimana Ramadhanmu Tahun ini????


Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-9 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.
Tidak terasa ternyata sudah memasuki hari ke-9 yang itu artinya kita semakin mendekat untuk meninggalkan ramadhan. Apakah ada terbesit rasa sedih karena semakin cepat meninggalkan Ramadhan maka akan semakin lama pula untuk bertemu Ramadhan berikutnya yang belum tentu kita bisa bertemu lagi.

Pikiran polos anak kecil ketika menghitung sudah berapa banyak puasa yang sudah dia lalui dan berapa lama lagi akan menunggu hari raya. Karena kemungkinan kebanyakan orang tua akan menjanjikan sesuatu jika sang anak bisa melaksanakan puasa dengan full sebagai bentuk reward kepada anaknya. Dan selalu kebanyak anak kecil yang dinanti saat menjelang hari raya idul fitri adalah baju baru, kira-kira orang tuanya akan membelikan berapa banyak baju baru dan berapa banyak uang sangu yang akan dia dapatkan ketika berkunjung kerumah sanak saudara. 

Yang dipikirkan seorang bapak ketika mendekati hari raya, bagaimana caranya mendapatkan bonus dan penghasilan lebih selama Ramadhan supaya uangnya bisa dipakai untuk keprluan Hari raya yang selalu lebih banyak dibandingkan biasanya. Belanja untuk perayaan Hari Raya, membeli bahan-bahan makanan ketika nanti berkumpul bersama keluarga besar.

Bagi ibu-ibu akan sangat sibuk ketika sudah mendekati Hari Raya, Sibuk membuat aneka kue kering dengan berbagai varian, khas Lebaran adalah Nastar, Belum lagi aneka kue-kue yang lain. Kadang sampai mengeluh kelelahan karena waktu sehariannya dia gunakan untuk membuat satu macam kue dengan jumlah yang banyak, alasannya nanti takut kurang kalau bikin sedikit karena keluarga banyak. Membuat kue dengan banyak pertimbangan, misalkan memplotkan mana kue yang disukai anak-anak dan mana yang sesuai untuk orang tua. Kadang sampai malam Takbir pun masih sibuk menyiapkan ini dan itu.

Pasar akan sangat ramai pada H-7 Lebaran, bahkan bisa sampai macet dan akan banyak orang yang emosi, Pelabuhan akan penuh dengan lalu lalang pemudik yang kadang berebut naik untuk mendapatkan tempat yang bisa membuat kegaduhan pemudik maupun petugas, bandara, terminal dan stasiun pun sama sibukny.
#Pengalaman jadi Satgas Ramadhan.
Ya begitulah realitanya Ramadhan di Indonesia yang saya tahu selama 22 tahun ini. Rutinitas tahunan yang selalu terjadi. 

Kemudian kita baru menyadari bahwa ternyata kita telah melewatkan Ramadhan tahun ini begitu saja. Lalu tak sedikit yang mengatakan "Tak apa Ramadhan kali ini tidak maksimal, mudahan Ramadhan tahun depan bisa lebih baik". Padahal kita tidak menjamin apakah kita akan bertemu dengan Ramadhan lagi atau malah setelah Ramadhan tahun ini kita di jemput sang malaikat.  

Semoga Ramadhan kali ini lebih produktif dan menjadi lebih baik, ibadahnya lebih baik dari sebelumnya, tapi bukan berarti setelah Ramadhan ibadahnya biasa-biasa saja. Harapannya setelah Ramadhan makin ditingkatkan.

Bukan berarti saya telah menjalankan ibadah Ramadhan dengan baik, ya ini sebagai pengingat diri, teguran untuk diri sendiri. Maka jangan salahkan saya ternyata saya memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Ketika kalian melihat banyak kekurangan saya, maka jangan salahkan tulisan saya, cukup baca tulisan ini, jika bermanfaat maka alhamdulillah, tapi jika tidak baik tulisan ataupun diri saya maka jangan cela saya cukup lupakan saja. 


#Day(9)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Monday 13 May 2019

Rezeki Silaturahmi




Hallo apa kabar Ramadhan hari ke-8, semoga tetap istiqomah dalam menjalankan rutinitas ibadahnya. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita hari ini dan hari-hari berikutnya.

Kali ini tentang Rezeki. Pasti sudah tidak asing lagi dengan kata Rezeki, selalu ada kata-kata "setiap orang atau setiap anak punya rezekinya masing-masing".

Ya percaya setiap kita telah tertakar rezekinya masing-masing. Karena Allah sudah menjamin setiap makhluk yang hidup dimuka bumi ini sudah ada jatahnya masing-masing.

Allah telah menjamin semua makhluk-Nya atas rezeki. Tapi bukan berarti kita hanya duduk diam tanpa melakukan apapun lalu Allah turunkan secara tiba-tiba dari atas langit.

Rezeki itu bukan gaji, karena gaji itu nominal yang kita dapat setelah kita melakukan pekerjaan, sedangkan rezeki tidak selalu berbentuk materi. Tidak semua orang punya gaji, tapi semua orang punya rezeki.

Ketika grup ribut efek dari telat gajian, banyak lelucon yang saling bersahutan, bahkan ada yang tanya sejak tanggal 10 apakah gaji sudah ditranfer. Dan ternyata sampai sekarang pun belum ada notivikasi dari bank yang menginfokan gaji sudah masuk apa belum. Bagi pekerja akan merasa sangat sedih dan kesal ketika gajian tertunda. Terlebih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi tapi uang semakin menipis atau bahkan sangat-sangat miris. Tapi lagi-lagi Gaji itu itu bukan Rezeki, Gaji itu pasti yang memberi yaitu bos atau instansi tempat kita bekerja. Tapi rezeki datangnya tidak disangka-sangka.

Perumpamaan Rezeki dan Gaji itu, ketika ada 2 orang yang bekerja ditempat yang sama dengan besaran gaji sama, ya anggap saja masing-masing bergaji 3,5 juta, dengan kebutuhan yang sama yaitu sama membayar sewa rumah dan sama-sama belum berkeluarga. Anggaplah si A dan si B. Mereka Gajian diawal bulan dengan membayar sewa rumah diawal bulan juga, besaran bayar rumah sama. Tapi si A sudah mengeluh dengan keuangannya di pertengahan bulan, dia bilang uangnya sudah mulai menipis padahal tidak dipakai untuk membeli apapun yang berarti, hanya dipakai untuk makan, transportasi dan isi pulsa. Namun si B, masih merasa tenang saja bahkan sampai akhir bulan, dia pun bisa menyisihkan sebagian uangnya. Terus apa yang salah dengan si A maupun si B. Dari gaya hidup misalkan, si A tidak bisa mengontrol dirinya dan si B bisa mengontrol apa yang termasuk kebutuhan atau keinginan. 
Mungkin si A tidak menjalin silaturahmi dengan banyak orang sehingga hidupnya hanya untuk dirinya sendiri, bahkan dengan gaji yang sama dia tidak bisa mengeluarkan sedekah sedikitpun. Sedangkan si B bisa menyisihkan uang sedekah, dan si B banyak menjalin silaturahmi dengan banyak orang, bisa saja jatah uang makan untuk hari itu berkurang karena ada tawaran makan bersama atau buka bersama gratis (karena momen Ramadhan).

Itulah makanya pentingnya sedekah dan menjalin silaturahmi. Tidak akan berkurang harta orang yang bersedekah, dan silaturahmi itu menambah persaudaraan. Bisa jadi rezeki yang tak disangka-sangka itu datangnya dari silaturahmi.

Saya pernah bercerita dengan salah satu teman "saya ingin punya suami yang beda kota dengan tempat asal saya", dia penasaran karena kebanyak orang akan mencari pasangan yang dekat dengan tempat asalnya supaya tidak terlalu jauh dengan orang tua. Saya katakan supaya saya bisa merasakan mudik, hahaha terdengar sangat lucu karena selama 4 tahun terakhir saya selalu merasakan mudik, lalu kata saya "untuk menambah ukhuwah, supaya dimana-mana punya saudara".
Sederhana sebenarnya, tapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan kita dikemudian hari, bisa saja kita akan berada jauh dengan keluarga kita, lalu ada orang-orang baik yang dikirim Allah untuk membantu kita. Ya itulah pentingnya menjalin ukhuwah. 
Mungkin sekarang canggih, bisa saja kita menggunakan hp untuk segala keperluan, karena istilah "dunia ada digenggaman", tapi tidak bisa mengalahkan silaturahmi.

Rezeki itu tidak berupa materi, dengan adanya teman-teman yang menuntun kita dalam kebaikan itupun rezeki yang tak ternilai. Bisa rezeki-rezeki yang lain akan ikut mengalir. Tergantung bagaimana kita bersyukur. 



Sunday 12 May 2019

Muslimah dari Negeri HAVANA, CUBA



Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-7 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.

Cerita kali ini berasal dari negeri yang jauh, dengan perbedaan waktu 11 jam. Ya cerita ini dari seorang teteh sholihah dari Negeri HAVANA, CUBA. Teteh ini aslinya orang indonesia, aku mulai berteman di FB kayaknya sejak akhir semester 4. Namanya teh Santi (FB: Santi Susanti). Alhamdulillah pas kemaren inbox beliau dan ternyata beliau langsung respon, ya tapi cek jam dunia lewat hp, kira-kira d Havana jam berapa pas aku chat biar bisa segera di balas. hehehe.

Teh Santi ini seorang mahasiswa kedokteran di ELAM (Escuela Latinoamericana de Medicina) Cuba. Di Negeri dengan muslim yang minoritas dan sebagai mahsiswa kedokteran, mungkin cukup berat melaksanakan Ramadhan di Tahan rantau yang sangat jauh. Mungkin tak banyak yang menjalankan ibadah puasa disana dengan keadaan penduduk yang minoritas muslim dan cuaca yang lumayan panas dengan waktu puasa selama 15 jam.
Beliau mengatakan kelembaban udara di sana bisa mencapai 95% dengan cuaca yang sangat panas. 

Mungkin bagi kita disini Puasa ya udah sih biasa aja. Tapi mungkin kita akan merasakan hal yang sangat berbeda ketika kita berada dari tempat yang jauh dari tempat asal kita, apalagi dengan perbedaan tradisi dan iklim yang sangat kontras. Terlebih teh santi ini tinggalnya di asrama, kebayangkan bersama orang-orang dari berbagai negara dan kemungkinan besar mereka bukanlah muslim. Bagaimana caranya supaya bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang, bisa tilawah lebih banyak dari pada biasanya, bisa sholat tahajud sesukanya. Mungkin bisa, tapi teman-teman searamanya mungkin akan merasa terganggu. Tapi ada kejutan yang Allah berikan untuk beliau, karena ramadhan kali ini belau dikamar asrama sendirian, sehingga tidak perlu merasa risih atau canggung ketika akan melaksanakan ibadah-ibadahnya.

Jangan tanya apakah disana banyak mahasiswa asal Indonesia yang muslim, karena mahasiswa indonesia setiap tahunnya hanya berjumlah 1-3 orang, yang bisa kuliah disana, karena hanya mereka yang lolos seleksi yang bisa kuliah kedokteran di ELAM, karena kuliahnya beasiswa, jadi hanya orang-orang pilihan yang memiliki kesempatan itu, dan termasuk orang-orang pilihan juga yang tetap bisa mempertahankan keislamannya di Negeri Amarika Latin ini.

Dari beberapa unggahan teteh Sholihah ini, beliau selalu mengenkan jilbabnya sebagai indentitas muslimah, tak peduli bagaimana tanggapan orang-orang disekitarnya. Terkadang beliau juga tetap melaksanakan sholat walaupun d bawah pohon ketika berada diluar (jalan-jalan atau ada keperluan lain), beliau juga termasuk muslimah yang menjaga diri dari yang bukan mahramnya. Untuk mahasiswa kedokteran di tempat yang bahkan tak mengerti Islam, itu luar biasa bagiku. Karena yang sudah ngerti dan terkondisi saja masih susah. 

Nah pelajaran untuk kita yang disini, kita bisa sangat bebas menutup aurat, tapi masih enggan melaksanakannya, mungkin perlu sesekali mencoba hidup dinegeri minoritas dengan menutup aurat. Waktu menjalankan sholat terawih bisa menutup seluruh tubuh dengan mukena, tapi usai sholat terawih rambut terurai kemana-mana. Yang wajib itu menutup aurat, sedangkan sholat terawih itu sunah. 

Rezeki itu bukan hanya bentuk materi, tapi teman yang baik dan selalu mengingatkan dalam kebaikan itu juga rezeki, dan rezeki yang paling luar biasanya adalah nikmat iman didalam hati kita. 



#Day(7)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC 
#30HariRamahanDalamCerita 
#Bianglalahijrah

Ikhlas



Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-6 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.

Mungkin hari ini tentang ikhlas, ah kenapa pembahasan ikhlas. Ya karena ikhlas mudah diucapkan tapi susah dilakukan. Terus belajar ikhlas itu sangat-sangat sulit bagi saya.

Ibu saya pernah bilang "kalau kita diajati sama orang, jangan kemudian kita membalasnya dengan perbuatan yang sama, karena dosa itu ditanggung masing-masing, kalau kita balas dengan kejahatan yang sama, kita juga berdosa dan kita pun sama seperti orang itu".

Mungkin kata-katanya terkesan sangat bijak, tapi belum tentu mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan, tapi bukan berarti tidak bisa. Hanya saja memang cukup sulit.

Sekarang pun saya masih terus belajar ikhlas, bagaimana supaya ikhlas. Kadang setiap ibu telpon dan bercerita banyak tentang orang-orang disekitar yang baik kepada keluarga kami, atau orang-orang yang hanya datang saat membutuhkan saja. Mungkin memori saya menyimpan beberapa kata-kata bijak yang pernah diucapkan ibu dan yang pernah saya baca. Disela telpon saya katakan ke ibu "Ya sudahlah Bu, kalau orang nggak baik ke kita ya nggak apa-apa, yang penting kita tetap baik keorang lain"

Ikhlas itu bukan suatu ucapan, ikhlas itu dari hati. Entah bagaimana, yang pasti ikhlas memang sangat susah untuk dilakukan. Mungkin mulut kita bisa saja mengatakan "iya aku ikhlas dengan semua ini" tapi hati masih merasa sangat kecewa atau sedih bahkan marah. Begitulah bentuk ikhlas, untuk melakukannya tak semudah menuliskannya dalam sebuah kalimat.

#Day(6)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC 
#30HariRamahanDalamCerita 
#Bianglalahijrah

Friday 10 May 2019

Tentang Wanita



Hai apa kabar hari ini, sudah memasuki puasa hari ke-5 ya ternyata. Semoga tetap Istiqomah menjalankan rutinitas ibadahnya.

Kisah kali ini tentang wanita, kenapa wanita itu selalu menjadi topik yang luar biasa untuk diceritakan, terutama seorang ibu.

Rosulullah sampai menyebutkan kata IBU sebangak tiga kali baru kemudian Ayah, sebagai orang yang wajib dimuliakan.

Menjadi ibu itu tidak mudah, menjadi ibu itu adalah pekerjaan sepanjang masa yang tak pernah mengenal hari libur, tanpa gaji dan dilakukan dengan sepenuh hati.

Terbayang gimana lelahnya seorang ibu sejak subuh sudah bangun lebih awal dari yang lain, menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga dirumah, mencuci piring, mencuci baju, harus beberes juga, menyiapkan menu makan yang berbeda-beda agar anak-anak dan suaminya tidak bosan sehingga nafsu makan.

Menjadi ibu dituntut memiliki banyak keahlian, ibu bisa jadi juru masak, jadi perawat saat anggota keluarga sakit, jadi ahli bendahara keluaraga, manajemen keluarga dan masih banyak lagi.
Jika ibu sakit, maka dia tidak bisa sakit lebih dari 1 hari. Belum sembuhpun ia akan tetap melaksanakan tugas-tugasnya.
Jika seorang ibu adalah pekerja, maka ia tetap bekerja pula untuk rumahnya.

Jika setelah semua pengorbanannya itu masih ada suami yang menyakitinya, membentaknya dan mengkhianatinya. Apakah sadar, bahwa seorang wanita yang dia sakiti saat ini adalah gadis kecil yang selalu dibahagiakan oleh ayahnya.
Ibu itu bagaikan jantung dirumahnya, jika ia tersakiti, maka akan terasa ketidaknyamanan dirumah. Ibu pula yang menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman untuk kembali.

Bagaiamana bisa seorang lelaki menyakiti istrinya, dia dtng membawa mahar yang mungkin istrinya sudah meringankan maharnya, datang meminta anak gadis seorang ayah. Lalu melakukan akad, dan ketika saksi telah berkata "sah" maka anak gadis itu telah menjadi hak dan tanggung jawab suaminya.
Tidak mudah bagi seorang ayah menyerahkan anak gadisnya kepada seorang laki-laki yang mungkin tak dikenalnya, bahkan sang ayah tidak tahu apakah seorang laki-laki ini bisa membahagiakan atau malah menyakiti putrinya.
Jadi, jika dari awal kamu (laki-laki) datang hanya dengan niat menyakitinya, mungkin ayah mertuamu merasa menyesal telah mempercayakan anak gadisnya untukmu.
Tapi wanita yang baik adalah yang ia menutupi aib pasangangannya sekalipun didepan keluarganya. Namun bukan berarti dia berhak disakiti.
Mungkin selama ini hanya seorang istri yang dituntut untuk menghormati mertua, tapi cobalah sebagai suami pun tolong beritahu ibumu untuk juga menghargai istrimu, karena anita rela meninggalkan orang tua dan sanak saudaranya untuk menjadi anggota baru dalam keluargamu. Dia meninggalkan rumah dan keluarga yang sangat dia sayangi untuk hidup dikelurga baru yang ia berharap pun menyayanginya.

Jika laki-laki memuliakan ibunya, dia pun bisa memuliakan wanitanya.

Laki-laki biasa menginginkan wanita yang mau diajak susah.
Tapi laki-laki luar biasa tidak akan membiarkan wanitanya susah.

Untuk laki-laki, cintamu kepada istri jangan sampai mendurhakai ibumu, dan cintamu kepada ibumu jangan sampai mendzolimi istrimu.
Ini pelajaran bagi kita, ketika menjadi anak maka muliakan kedua orang tua, ketika menjadi istri atau suami maka muliakan pasangannya.
 "Berbicara itu mudah, tapi belum tentu mudah mempraktekkan dalam kehidupan"

#Day(5)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC 
#30HariRamahanDalamCerita 
#Bianglalahijrah

Thursday 9 May 2019

Teruslah Berusaha


Hallo apa kabar Ramadhan hari ke-4, semoga tetap istiqomah dalam menjalankan rutinitas ibadahnya. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita hari ini dan hari-hari berikutnya.
Hari tentang kerja, karena saya memang seorang pekerja. Mungkin saat ini banyak yang sudah bekerja banyak juga yang masih nganggur atau bisa jadi baru nganggur karena baru lulus dari pendidikannya.
Ada yang dengan mudah mendapatkan kerjaan, ada yang harus bersusah payah dan berkali-kali ditolak, sampai tak terhitung berapa banyak surat lamaran yang sudah dia kirimkan, mulai dari perusahaan ternama sampai yang sangat biasa2 saja.
Itu masalah waktu, sabar, ikhlas dan tidak berhenti mencoba. Tinggal bagaimana kita menyikapinya, apakah pasrah dan menyerah atau pantang menyerah.
Impian banyak orang, setelah lulus kuliah diterima kerja ditempat yang bagus dengan gaji yang besar tanpa bersusah payah. Ya mungkin sebagian orang bisa merasakan tapi tidak semuanya.
Saya lulus kuliah tahun lalu, dan Alhamdulillah diberi waktu nganggur selama 1 tahun, bukan waktu yang sebentar dengan banyaknya omongan-omongan orang. Mungkin saat ini banyak kata-kata "Kalau tidak ada orang dalam, bakal susah dapat kerja yang enak". Enak versi orang itu berbeda-beda.
Saya disuruh untuk mendaftar dirumah sakit tempat kakak saya kerja, tapi saya selalu menolak dan bilang "saya masih mau usaha sendiri". Mungkin terkesan terlalu percaya diri. Ya karena saya masih menghargai kemampuan dan usaha saya. Saya pun tahu diluar sana juga banyak yang berusaha susah payah bagaimana susahnya mencari kerja. Saya hanya yakin saja Allah itu akan memberikan sesuatu yang tepat diwaktu yang tepat pula. Banyak sekali omongan yang mampir ditelinga "coba kamu ngelamar dirumah sakit tempat kakakmu, pasti sekarang sudah kerja". Kata-katanya nyelekit, tapi senyumin aja walau agak getir.
Lalu setelah berbagai usaha, berangkat tes keluar kota, pergi sendiri naik bus. Sebagai perempuan tentu ada rasa takut kala bepergian sendiri, terlebih berangkat tengah malam demi menghemat biaya. Sampai saatnya memang Allah memberikan rezeki saya pada pekerjaan saat ini. Dan tentu tetap ada orang yang selalu berkomentar entah saat masih nganggur ataupun sudah kerja.
"Kok kamu enak kerjanya, kamu dapat kerjaan yang enak ya, kamu beruntung banget ya dapat kerjaan yang enak, kamu enak kerjanya santai tapi tetap digaji, kamu kerja kok g kayak orang kerja, wah kamu makan gaji buta".
Ya begitulah mungkin kata-kata yang kadang terdengar. Walaupun itu sebatas bercanda dan memang saya anggap bercanda, supaya tidak masuk kehati dan membuat saya dengki.
Tak apa kalian melihat yang baik-baiknya dari apa yang saya jalani, karena kalian tidak perlu melihat sesuatu yang tidak enaknya, karena sejatinya semua pekerjaan memiliki resikonya masing-masing.
Jangan mengganggap ringan pekerjaan orang lain, karena bisa jadi itu berat baginya. Tapi tidak semua pekerjaan orang yang terlihat berat bagi kita itu berat baginya, bisa saja itu sangat mudah baginya.
Semua itu tergantung keikhlasan menjalaninya, yang terlihat ringan pekerjaannya mungkin saja berat tanggung jawabnya sehingga dia harus berfikir lebih berat, begitupun sebaliknya bisa saja pekerjaan yang sangat berat, melelahkan, selalu kepanasan itu mudah baginya karena dia menjalaninya dengan ikhlas, kala ia pulang membawa segenap letih, ada orang-orang tersayang yang menyambutnya dengan senyuman, maka letihnya pun terbayarkan.

Begitulah, kita hanya bisa berprasangka baik terhadap ketetapan Allah, Allah hanya menyuruh kita bersabar dan ikhlas menjalaninya, agar kita tetap kuat untuk bertahan dan berjuang.
Jika Allah berikan kesuksesan segera, mungkin itu agar kita lebih banyak bersyukur.
Jika Allah menundanya, mungkin Allah ingin kita tetap sabar dalam prosesnya. Agar ketika sudah mendapatkannya, kita tidak mudah melepaskan, karena merasakan betapa lelahnya perjuangan.

Tidak apa gagal berkali-kali, namun kemudian bangkit kembali, bukan gagal lalu kemudian berhenti mencoba. 

Allah Maha baik, Maha segala-galanya. Mungkin Allah sedang menyiapkan kejutan indah buat kita. Semoga. 



#Day(4)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC 
#30HariRamahanDalamCerita 
#Bianglalahijrah


Wednesday 8 May 2019

Bersyukurlah Ramadhan Di Indonesia


Hari ke-3 Ramadhan, masih dengan nuansa yang sama, yaitu menikmati puasa yang diawali dengan makan sahur. Apa kabar iman hari ini, apakah sudah optimal ibadah kita sampai pada Ramadhan ke-3 ini. semoga tetap dalam keadaan istiqomah dengan segala ibadah dan semangat untuk mencapai targetan-targetan yang sudah dibuat untuk meningkatkan kapasitas ibadah yang berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya.
 
Suatu hal yang patut kita syukuri adalah kita merasakan Ramadhan di Indonesia, kita bisa merasakan nuansa Ramadhan yang memang berbeda dengan bulan-bulan biasanya. Ya, karena Ramadhan inilah di Indonesia banyak sekali dijumpai pasar Ramadhan atau orang-orang dipinggir jalan yang banyak menjajakan menu-menu takjil. 
Kita bisa bebas untuk beribadah, bahkan beberapa instansi seperti instansi pendidikan di Indonesia meliburkan kegiatan belajar mengajar pada awal menjelang Ramadhan dan menjelang hari Raya Idul Fitri. 
Kita bisa merasakan nikmatnya makan sahur bersama keluarga, dengan kondisi mata masih mengantuk tapi ibu memaksa untuk bangun dan makan sahur, selepas sahur menunggu waktu imsak dan sholat subuh yang kadang dalam keluarga ada obrolan-obrolan kecil yang mengundang tawa, atau nonton acara sahur bersama di TV. Ah nikmat dan indah rasanya momen Ramadhan itu.

Tapi pernahkah kita berfikir bagaimana keadaan saudara-saudara kita diluar sana, apakah mereka merasakan nikmatnya menjalankan ibadah puasa, ataukah mereka bisa dengan mudah menjalani puasa.
Ada beberapa negara yang waktu puasanya bisa mencapai 18 jam dengan kondisi cuaca yang panas, dan mereka tetap melakukan aktivitas belajar dan bekerja, mereka tinggal ditempat yang minoritas muslim, sehingga sangat banyak Restoran ataupun tempat-tempat makan yang buka, lalu bagaimana cara mereka yang tinggal disana jika baru melatih putra putrinya yang masih kecil untuk berpuasa.

Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang ada di Palestina, mereka mungkin bisa sahur tapi belum tentu mereka bisa berbuka, mereka mungkin masih dalam keadaan sehat saat sahur namun tidak bisa dipastikan apakah mereka tetap hidup saat berbuka. Mereka menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya tidak berbeda jauh dengan hari-hari sebelumnya, selalu dan selalu terdengar ledakan bom. Kita disini bisa merasakan nikmatnya makan dirumah, merasakan masakan ibu dan makan bersama keluarga, tapi mereka disana mungkin saja mereka sedang menikmati makannya ditempat pengungsian. 

Kita disini bisa makan puas dengan kenyang, banyak pilihan menu, berbagai takjil saat berbuka, tapi di Palestina mungkin hanya ada roti dan air mineral yang itu untuk dimakan bersama.

Kita tidak tahu bagaimana keadaannya disana, tapi ini adalah sebagai pengingat betapa kita disini memiliki banyak alasan untuk terus bersyukur. Membayangkan tentang mereka, apakah air mata kita pernah menangis lalu mendo'akan mereka. Kita yang masih mengeluh dengan keadaan kita, apakah tidak terbayang wajah-wajah mereka disana yang banyak sekali kekurangan dan kekhawatiran tapi mereka tetap kuat dan bertahan.

Yang masih merasa malas untuk bangun dan melaksanakan sahur, tidakkah memikirkan apakah saudara-saudara kita diluar sana bisa merasakan sahur yang nikmat juga. Yang masih merasa badmood untuk bangun sahur, apakah pernah memikirkan betapa kasihannya rezeki yang kita sia-siakan itu.
Bangun lebih awal, lebih banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan, mungkin lebih cepat bangun bisa menambah jumlah rakaat sholat tahajud tanpa terburu-buru untuk makan sahur, mungkin bisa menyempatkan membaca beberapa ayat lalu kemudian menyiapkan makan sahur. 

#Day 3
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Tuesday 7 May 2019

Tips Bangun Sahur



Hello apakabar Ramadhan hari ini, masihkah semangat dengan segala aktivitas yang sangat melelahkan dengan pekerjaan ditengah terik matahari atau dengan pekerjaan yang selalu memaksa kita untuk tetap tersenyum walaupun sebenarnya terasa lelah, atau pekerjaan didalam ruangan yang monoton dan terkesan membosankan, atau bahkan tidak ada pekerjaan yang apapun dan merasa bosan dengan aktivitas yang terkesan tidak melakukan apa-apa dan hanya menunggu waktu berbuka. 

Hayo siapa yang hari ini telat bangun sahur atau bahkan ada yang tidak sahur karena bangun kesiangan.

Cerita hari ini dari beberapa temanku yang telat bangun sahur atau bahkan ada yang tidak sahur karena bangun kesiangan, kan kasian kalau begitu. Sebenarnya sepele ya ah cuma nggak bangun sahur aja, biasa aja sih. Tapi orang yang puasa dengan sahur lebih baik dari pada yang tidak sahur, seperti kata Rasulullah "Akhirkan waktu sahur dan segerakan berbuka". Karena tubuh kita sudah dirancang proses pencernaannya. Jadi tetap usahakan untuk makan sahur.

Mungkin ada beberapa cara agar bisa bangun saat sahur bagi yang dirantau:
1. Hidupkan Alarm
   Ini hal yang sudah biasa dilakukan, saking biasanya kadang banyak yang mengabaikannya, sering banget ketika alarm bunyi kita bangun hanya untuk mematikannya. Caranya hidupkan alarm dengan dering yang keras dengan getar supaya mendengar dan atur untuk bunyi setiap 5 menit, supaya kita merasa terganggu lalu bangun dan melihat jam.
2. Meminta teman kos untuk membangunkan
   Jika kita berada dikos yang memiliki teman kos lumayan banyak, maka minta teman kos untuk membangunkan. Jika tata letak kamar kos berada didalam rumah, maka bisa saja kita tak perlu mengunci pintu dan cukup menutupnya agar orang lain bisa membangunkan secara langsung. Tapi jika tidak memungkinkan, maka minta teman kos untuk mengetuk pintu sampai kita bangun. 
3. Minta Orang tua atau teman yang lain untuk menelpon
   Ini supaya kita bisa bangun, walaupun kemungkinannya sangat kecil, tapi bisa menjadi salah satu alternatif. Karena jika orang tua menelpon dan memastikan anaknya sudah bangun sahur itu sudah membuat hati mereka tenang. Maka tetap usahakan untuk bangun walaupun merasa terpaksa.
4. Segera tidur malam dan jangan begadang
   Ya tidur lebih awal lalu bangun lebih awal, tapi tidak menutup kemungkinan ada orang yang tahan begadang namun tetap bisa bangun lebih awal. Tapi alangkah lebih baiknya tidur cepat supaya bisa bangun cepat. 

"Tetap lakukan kebaikan sekecil apapun itu, sekalipun hanya menyingkirkan ranting dari jalan"


#Day 2
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Monday 6 May 2019

Mengambil Pelajaran Dari Banyak Kisah



Mungkin sebagian dari kita ada suka membaca buku, cerita atau sebagainya. Tapi tidak sedikit juga yang tidak menyukainya, ada yang bilang membaca itu membosankan, ada yang bilang membaca itu bikin ngantuk. Tapi ada juga yang bilang membaca itu suatu kebutuhan, membaca itu suatu keharusan dan membaca itu seperti candu .

Apapun genre bacaan yang kita baca, itu bisa membuka wawasan dan pola pikir kita . Bagaimana kita melihat orang lain tidak hanya dari sudut pandang kita, begitulah membaca, kita menjadi tahu dan memahami orang lain dari sudut pandang yang berbeda.

Setiap orang memiliki cara pandang tentang cerita yang berbeda-beda. Kesukaan isi bacaan setiap orang pun berbeda.

Aku suka membaca novel atau cerita tentang traveler, terlebih jika latar tempatnya adalah luar negri. Mislanya kawasan Eropa dan negeri-negeri yang minoritas muslim. Bagiku membaca cerita seperti itu membuka wawasanku tentang dunia luar, bukan hanya tempat-tempat yg diceritakan selalu membuat imajinasiku berkelana membayangkannya. Tapi juga tentang budaya dan karakter orang-orangnya.

Dari beberapa cerita bagaimana keadaan muslim di negeri minoritas. Bagaimana mereka harus menjalankan ibadah di negeri itu. Dengan begitu banyak hikmah yang bisa diambil, membuatku merasa bersyukur berada di Indonesia yang katanya sudah sangat semrawut ini.

Aku pernah membaca sebuah cerita, seorang wanita muslimah yang tinggal di Jepang untuk mengikuti suaminya yang sedang lanjut studi di sana. Wah asyik ya membayangkannya, tapi tidak semuanya indah. Beliau yang berstatus muslimah dengan pakaian muslimahnya tak jarang dipandang sebagai teroris dan sebagainya. Baliau harus menempuh jarak puluhan bahkan ratusan kilo meter hanya untuk belajar dan memperdalam Islam yang dilakukan setiap seminggu sekali dengan biaya yang tidak murah, kita yang di Indonesia banyak yang menyelenggarakan tabligh akbar atau pengajian umum yang gratis, cuma tinggal berangkat saja kadang ogah-ogahan dengan alasan sibuk, lalu apakah pernah kita berfikir orang-orang yang datang kejian itu adalah para pengangguran. Disitu kadang kita tidak menyadari sesuatu yang harus kita syukuri.

Untuk kita yang berada di Indonesia tidak perlu susah mencari makanan halal, karena dipasar ataupun supermarket dan restoran ataupun rumah makan membludak dengan makanan halal. Tapi bagaimana dengan mereka yang tinggal di negeri minoritas, seperti di Paris misalanya, sepasang suami istri yang menceritakan pengalaman hidup sebagai seorang muslim di Paris harus sangat jeli memilih makanan halal, harus memperhatikan kode-kode makanan yang tidak mengandung bahan-bahan haram yang itu diperlukan ketelitian yang sangat jeli, mungkin bagi kita itu sepele, tapi tidak bagi muslim yang sangat memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.

Di Indonesia kita diberi kebebasan untuk menutup aurat, tapi dengan mudahnya kita membuka aurat. Seperti dinegeri-negeri yang mereka melarang untuk memakai jilbab. Jangan salah, beberapa tahun lalu sebelum kepemimpinan Bapak Erdogan di Turki, ada larangan memakai jilbab di kantor-kantor pemerintahan dan sekolah maupun kampus, sehingga tak jarang ada yang melepas jilbabnya saat kuliah atau sekolah, memakai wig saat dikampus, memakai topi dan memasukkan jilbabnya kedalam baju. Itu supaya mereka tidak dihukum atau dikeluarkan dari ruang kerja atau belajar. Kita disini yang bebas diperbolehkan tapi masih enggan. Disitulah yang seharusnya perlu kita syukuri.

Untuk bulan Ramadhan kita di Indonesia sangat terasa saat ini, karena sangat banyak yang berpuasa dan saling menghargai, cukup mudah untuk Indonesia yang waktu puasanya tidak cukup panjang dan kadang pekerjaan dibulan Ramadhan kadang lebih dimudahakan, seperti sekolah dan kuliah libur beberapa hari menjelang puasa dan hari raya atau bahkan libur full selama puasa ditambah dengan libur lebarang dan jadwal cuti bersama. Namun bagaimana dengan saudara-saudara kita diluar sana. Jika bulan Ramadhan jatuh pada musim panas, maka waktu puasa menjadi semakin lama bisa sampai 18 jam, dan waktu sholat yang berubah, mereka ada yang harus menunggu hingga tengah malam untuk melaksanakan sholat isya dan lebih cepat melaksanakan sholat subuh. Untuk urusan pekerjaan dan pendidikan mereka tidak peduli apakah itu dalam keadaan puasa atau bukan, bagi mereka kerja ya kerja tidak peduli kamu puasa atau tidak, itu resiko kamu menjalankan ibadahmu, dan itu tidak boleh mempengaruhi kerjamu. 
Pernahkah kita berfikir akan hal itu, yang kadang kita masih mengeluh dan bermalas-malasan dengan alasan "aku kan puasa". Ya mungkin kita harusnya malu sudah berada ditempat yang nyaman tapi tetap merasa kurang.

Mungkin banyak dari kita termasuk saya yang ingin pergi untuk berjalan-jalan atau menempuh pendidikan diluar negeri dengan baground tempat yang terkesan wah, tapi kadang kita lupa bahwa yang kita hanya mencari pemandangan indah dan supaya terlihat wah jika berada diluar negeri. Kita tak pernah membayangkan bagaimana kondisi ibadah kita ditempat yang baru, tempat minoritas yang tidak meyakini adanya Tuhan. 

Dari beberapa cerita yang pernah saya baca, membuat saya merasa bersyukur berada diIndonesia yang kebanyakan ah aku ingin pindah kewarganegaraan saja, indonesia kalah maju dari negara lain, indonesia banyak hutang, dan segala keburukan yang terjadi di Negeri ini. Tapi sadarkah kita, dinegeri ini kita telah belajar bagaimana negeri lain. Saya sangat bersyukur, bekerja ditempat yang tidak mengekang dan bebas berpakaian layaknya seorang muslimah, tinggal dinegara yang membebaskan kita beribadah tanpa takut akan ditembak, banyak tempat-tempat kajian untuk lebih banyak menimba ilmu islam, media dakwah islam pun banyak ditemui dimana-mana. 

Maka bersyukurlah, melihat negara lain yang indah dan megah itu tak selalu membuat nyaman, syukuri yang kita miliki saat ini, rumput tetangga lebih hijau, tapi tak semua rumput yang hijau itu cocok untuk kita.


#DayOne
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah