Friday 10 May 2019

Tentang Wanita



Hai apa kabar hari ini, sudah memasuki puasa hari ke-5 ya ternyata. Semoga tetap Istiqomah menjalankan rutinitas ibadahnya.

Kisah kali ini tentang wanita, kenapa wanita itu selalu menjadi topik yang luar biasa untuk diceritakan, terutama seorang ibu.

Rosulullah sampai menyebutkan kata IBU sebangak tiga kali baru kemudian Ayah, sebagai orang yang wajib dimuliakan.

Menjadi ibu itu tidak mudah, menjadi ibu itu adalah pekerjaan sepanjang masa yang tak pernah mengenal hari libur, tanpa gaji dan dilakukan dengan sepenuh hati.

Terbayang gimana lelahnya seorang ibu sejak subuh sudah bangun lebih awal dari yang lain, menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga dirumah, mencuci piring, mencuci baju, harus beberes juga, menyiapkan menu makan yang berbeda-beda agar anak-anak dan suaminya tidak bosan sehingga nafsu makan.

Menjadi ibu dituntut memiliki banyak keahlian, ibu bisa jadi juru masak, jadi perawat saat anggota keluarga sakit, jadi ahli bendahara keluaraga, manajemen keluarga dan masih banyak lagi.
Jika ibu sakit, maka dia tidak bisa sakit lebih dari 1 hari. Belum sembuhpun ia akan tetap melaksanakan tugas-tugasnya.
Jika seorang ibu adalah pekerja, maka ia tetap bekerja pula untuk rumahnya.

Jika setelah semua pengorbanannya itu masih ada suami yang menyakitinya, membentaknya dan mengkhianatinya. Apakah sadar, bahwa seorang wanita yang dia sakiti saat ini adalah gadis kecil yang selalu dibahagiakan oleh ayahnya.
Ibu itu bagaikan jantung dirumahnya, jika ia tersakiti, maka akan terasa ketidaknyamanan dirumah. Ibu pula yang menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman untuk kembali.

Bagaiamana bisa seorang lelaki menyakiti istrinya, dia dtng membawa mahar yang mungkin istrinya sudah meringankan maharnya, datang meminta anak gadis seorang ayah. Lalu melakukan akad, dan ketika saksi telah berkata "sah" maka anak gadis itu telah menjadi hak dan tanggung jawab suaminya.
Tidak mudah bagi seorang ayah menyerahkan anak gadisnya kepada seorang laki-laki yang mungkin tak dikenalnya, bahkan sang ayah tidak tahu apakah seorang laki-laki ini bisa membahagiakan atau malah menyakiti putrinya.
Jadi, jika dari awal kamu (laki-laki) datang hanya dengan niat menyakitinya, mungkin ayah mertuamu merasa menyesal telah mempercayakan anak gadisnya untukmu.
Tapi wanita yang baik adalah yang ia menutupi aib pasangangannya sekalipun didepan keluarganya. Namun bukan berarti dia berhak disakiti.
Mungkin selama ini hanya seorang istri yang dituntut untuk menghormati mertua, tapi cobalah sebagai suami pun tolong beritahu ibumu untuk juga menghargai istrimu, karena anita rela meninggalkan orang tua dan sanak saudaranya untuk menjadi anggota baru dalam keluargamu. Dia meninggalkan rumah dan keluarga yang sangat dia sayangi untuk hidup dikelurga baru yang ia berharap pun menyayanginya.

Jika laki-laki memuliakan ibunya, dia pun bisa memuliakan wanitanya.

Laki-laki biasa menginginkan wanita yang mau diajak susah.
Tapi laki-laki luar biasa tidak akan membiarkan wanitanya susah.

Untuk laki-laki, cintamu kepada istri jangan sampai mendurhakai ibumu, dan cintamu kepada ibumu jangan sampai mendzolimi istrimu.
Ini pelajaran bagi kita, ketika menjadi anak maka muliakan kedua orang tua, ketika menjadi istri atau suami maka muliakan pasangannya.
 "Berbicara itu mudah, tapi belum tentu mudah mempraktekkan dalam kehidupan"

#Day(5)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC 
#30HariRamahanDalamCerita 
#Bianglalahijrah

No comments:

Post a Comment