Thursday 16 May 2019

Aku seorang pembohong




Hallo apa kabar Ramadhan hari ke-11, semoga tetap istiqomah dalam menjalankan rutinitas ibadahnya. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita hari ini dan hari-hari berikutnya.

Ini tentang anak rantau, terlebih ini adalah tentangku. Aku bisa jadi orang yang ahli berbohong ketika aku jauh dari orangtuaku. Kenapa aku menjadi ahli pembohong ketika jauh, karena ketika dekat dengan orang tuaku aku tak mungkin bisa berbohong, mereka tau dan melihatku, sehingga aku tidak bisa selalu mengatakan “iya aku baik-baik saja” karena mereka melihat aku tidak baik-baik saja.

Kebohongan yang selalu aku lakukan adalah, ketika ibuku menelpon (ibuku selalu menelpon kalau aku jadi anak rantau), pertanyaan yang selalu dan selalu ditanya adalah “kamu sudah makan?”, Untuk pertanyaan itu aku jawab jujur. Tapi kalau aku lagi nggak enak badan, jika terpaksa aku harus angkat telponnya maka aku tidak katakan aku sedang sakit, kalau ibuku tanya “kenapa suaramu lemes?”, Jawabanku “baru bangun tidur Bu”. Tapi itu tidak sepenuhnya bohong, hanya saja tidak mengungkapkan keadaan yang sebenarnya, “baru bangun tidur” itu tidak bohong, karena orang sakit memang harus istirahat kan.

Pertanyaan lain yang sering ditanyakan waktu aku masih kuliah “uangmu masih ada?”, “Masih Bu”, pertanyaan akan berlanjut “sisa berapa”, sambil ketawa aku jawab “masih cukup kok Bu”. Ya, padahal sebenarnya uang didompet hanya tinggal 20 ribu. Hello 20 ribu posisi ditelpon hari Jum'at sore dan ibuku g bisa pakai ATM atau m-banking. Otomatis kemungkinan bakal dikirim hari Senin itu udah paling cepet, lalu Sabtu Minggu gimana nasibnya (tidur aja seharian gak usah kemana biar g keluar uangπŸ˜‚).
Kenapa ibuku nanyain nominal sisa berapa, karena aku gak pernah minta kiriman kecuali buat bayar kos dan bayar kuliah, selebihnya untuk belanja dan kebutuhan lain aku cuma menunggu tanpa meminta.

Kenapa aku bersikap demikian, karena kita yang tau bagaimana keadaan orang tua kita, baik fisik maupun psikis. Ibuku orang yang paling gak bisa kalau dengar anaknya sakit atau kekurangan uang. Mungkin orang tua yang lain pun sama. Tapi aku tahu ibuku sangat menghawatirkan, hingga beliau paling nggak bisa kalau dapat kabar nggak baik, beliau bakal sakit kalau memikirkan sesuatu terlalu berat. Makanya aku merahasiakan ketidaknyamanan ku bila menjadi anak rantau.

Biarkan mereka melihat aku baik-baik saja, agar aku tak terlalu membebani pikiran mereka.
Mungkin lebih tepatnya aku adalah seorang yang tidak mau berterus terang, itu karena aku tak mau membebani mereka. Biar s aja merasakan tidak enaknya sendiri. Toh gak selamanya gak enak kan.

Ibuku pernah tanya "Kok ibunya si Itu bilang anaknya nggak betah disana, katanya nggak enak di asrama, kuliahnya capek, tapi kok kamu nggak bilang gitu?". Ya ngapain diceritakan hal-hal semacam itu, karena bagiku, itu pilihanku, aku yang mau kuliah jauh, jadi aku harus terima konsekuensinya. Masih syukur orangtua masih mampu membiayai, masa balasannya dengan mengeluh.


#Day(11)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

2 comments:

  1. Masyaallah penuntut ilmu yang tangguh

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah. 😊. Semua akan indah setelah perjuangan, jadi mengeluhnya jgn k orang tua. Kasian merekanya. πŸ˜‰

    ReplyDelete