Monday 16 August 2021

Orang tercinta



 Ibu. Aku gak tau mana jalan yang harus aku pilih, aku gak tau mana yang terbaik untuk kulalui. Aku gak tau seterjal apa yang harus kulewati, akupun gak tau batu dan duri yang bagaimana yang akan menghalangi langkahku. 

Ibu. Aku ingin do'a mu selalu menjadi penerang dan menuntun langkah kecil ini untuk tetap dalam kebaikan. 

Bu, aku gak tau pilihanku tepat atau tidak. Maaf ya Bu selama ini baktiku padamu belum sebesar bakti seorang Uwais al-Qarni yang mampu menggendong ibunya untuk berhaji. Bu, aku sadar betapa durhaka diri ini yang tak bisa memberikan apapun yang kau mau. Tak bisa melakukan apapun yang kau minta. Bu, aku selalu ingin berada dalam dekapan hangatmu, tanganmu yang selalu membasuh kepalaku yang basah karena hujan. Suatu saat kemana aku bisa mengadukan segala keluh kesahku, kemana aku bisa mendapat pelukanmu yang mungkin terasa sangat jauh. Bu. Yang kuharapkan ridhomu, yang kutakutkan adalah murkamu. Aku tau, kau yang paling terluka jika putri kecilmu ini cedera. Bu, aku gak sanggup berbincang begini denganmu, karena suaraku pasti akan bergetar dan air mataku sudah mengalir deras. Bu, bentuk bakti yang bagaimana yang bisa kulakukan untuk membalas semua yang telah kau korbanku untuk hidup kami. Bentuk sabar seperti apa yang telah kau perjuangkan, kelelahan dan kegigihan apa yang kau lakukan demi anak-anakmu. 

Garis wajahmu bentuk guratan segala rasa, aku gak tau berapa banyak kesakitan disana, berapa banyak perjuangan disana. Seandainya waktu bisa kutahan, aku hanya ingin menjadi putri kecilmu yang tak pernah dewasa, yang selalu kau suapi dan kau ikat rambutku. 

Bapak. Aku tak tau apa yang bisa kusampaikan untukmu. Hatiku pernah terluka karenamu, tapi betapa aku durhaka jika terus memendam kecewa, sedangkan pengorbanan mu tak sebanding dengan kesalahanmu, lukamu tak sebanding dgn luka yang kurasakan. Pak, kau yang rela basah kuyup dan berjalan berkilo-kilo meter demi anak-anakmu supaya tak kelaparan. Pak, aku tak pernah memberikan apapun untukmu, bahkan mungkin tak pernah kau mencicipi uang dari hasil kerjaku. Pak, aku ingat ketika kau tak punya uang untukku pergi mencari kerja. Kau bongkar celengan koinmu, kau katakan "ini buat sangu ya, bapak cuma punya itu". Kau susun uang koin dan recehan yang bahkan tak cukup buat beli tiket bus. 

Pak, gimana kau akan mempercayakan aku untuk laki-laki yang bahkan kau tak mengenalnya. Yang kau tak bisa menjamin bagaimana aku akan hidup. Bagaimana aku akan bahagia, bagaimana laki-laki itu akan berkorban untukku. Bagaimana dia bertanggung jawab untuk hidup anakmu. Pak, aku mohon, jgn kau nistakan hidupku karena kesalahanku yang tak mempercayai mu. Pak, sakit batin ini melihat lelah diwajahmu yang sayu. Bagaimana aku bisa menjagamu, bagaimana aku bisa membahagiakanmu, bagaimana tangan kecil ini bisa menggenggam tanganmu lalu mengecup punggung tanganmu. Pak, banyak salahku padamu. Banyak banget. Ketika kau memaafkan ku, itu adalah anugrah dan pengampunan yang kuharapkan. Pak, saat ini air mataku sudah banjir membasahi pipiku, sesak dadakku tak tertahan. Aku ingin menangis dihadapanmu, tapi aku tak mau terlihat lemah, suaraku pasti akan bergetar jika aku berbicara dihadapanmu. Jadi ijinkan hanya hatiku yang berbicara dalam sebuah ketikan ini dan menangis tersedu sendiri d dalam kamar yang hanya aku didalamnya. 

Mas. Untuk laki-laki tercinta yang tak pernah rela adeknya tersakiti, bahkan ketika temanmu merayuku kau tak akan rela itu. Mas, aku gak tau apa yang bisa kulakukan untuk bisa membuat mu bahagia. Kau hanya mengatakan "asalkan laki-laki itu bertanggung jawab, baik agamanya dan dia setia itu cukup bagi mas, mas cuma gak mau Adek mas disakiti". Mas, sekesal apapun denganku kau selalu melindungiku. Kau selalu membawakan makanan lezat dari manapun kamu pergi. Tak perlu kami meminta, tapi kantong plastik sering kau tenteng berisi makanan. Kau orang yang rela membagi apa yang kamu miliki untuk adekmu yang nakal ini, kau rela menahan keinginanmu untuk keinginan adekmu yang cerewet ini. Kau berusaha menekan egoku untuk tak memarahiku. Membentak pun tidak apalagi sampai memukul. Kau tak pernah berkata kasar, tidak membentak, tidak memukul. Mas bagaimana kau percaya laki-laki yang akan bersamaku adalah orang yang tak akan berbuat kasar padaku. Mas, setiap kali kau mendengar betapa cerewetnya adekmu ini, kau hanya mengatakan iya, tak ada kau membantah atau menghujatku. Mas aku takut, dengan laki-laki seperti apa aku akan hidup. Bagaimana dia melindungiku, bagaimana dia tidak akan melukai fisik dan batinku. Seandainya aku bisa, aku hanya ingin menjadi Adek kecilmu yang selalu kau lindungi. 

Adekku tersayang yang sekarang berada pada masa labilnya. Ingat ya, berbaktilah sama orang tua. Jangan kau berkata kasar, membentak atau menyakiti hati mereka. Karena kamu akan menyesal jika suatu saat tangan yang selalu membangunkanmu dan suara yang ribut membangunkanmu tak lagi kau dengar. Saat kau jauh, kau akan merasakan bagaimana lapar dan rindu masakan dari tangan bapak atau ibu, kau akan rindu tangan seorang ibu yang dengan sabar menyuapimu saat kau kecil dan saat kau sakit, atau bahkan saat kau bermanja. Kau akan rindu kecupan dari seorang bapak yang mengantarmu sekolah. Dek, maaf ya, aku sebagai kka tak belum mampu menjadi panutan yang baik, belum bisa menjadi pembimbing yang baik, bahkan tak mampu mengajarimu ilmu agama karena ceteknya ilmu ku. Maafkan aku yang tak bisa menjaga rambutmu smpai usia baligh mu saat ini. Masih tak menjaga auratmu dengan baik, karena keterbatasanku untuk memahamimu. Maafkan aku tak bisa menasehati mu dan hanya mampu menghakimimu. Dek, apapun aku harus lakukan untuk memenuhi kebutuhanmu, bahkan aku orang yang akan ngotot untuk pendidikanmu, aku yang akan mendukung cita-citamu, apapun yang kau suka aku akan berusaha tidak menentangnya selama itu baik. Kau tak perlu menjadi apa yang orang mau untuk impian dan masa depanmu. Kau suka seni, silahkan itu pilihanmu. Jangan hiraukan omongan orang yang mengatakan orang seni tak punya masa depan. Jiwa kreatif mu adalah bentuk kecerdasan dari Allah untukmu. Maaf ya, banyak permintaanmu yang gak bisa kuturuti. Jadilah anak yang kuat, Sholeha dan tegar. Do'a ku untukmu agar kamu bisa jadi anak yang berbakti yang do'a nya menembus langit untuk menyelamatkan org tua kita. Ingat ya dek, mungkin saat ini untuk memakai jilbab sangat berat bagimu, tapi sehelai rambutmu yang tampak dihadapan laki-laki yang bukan mahram bisa membawa bapak dan mas selangkah keneraka. Semoga kamu bisa menjadi anak Sholeh yang dibanggakan orang tua. 


Terimakasih untuk semua cinta dari kalian, terimakasih telah menjadi penerang dan menuntun jalanku selama ini, terimakasih telah menjadi sandaran setiap lelahku, terimakasih telah melarang ku melakukan keburukan, terimakasih untuk semua pengorbanan yang entah berapa banyak kalian lakukan untukku. 

Aku tak tau apa yang akan menghampiriku duluan, apakah itu jodoh atau maut yang akan menghampiriku terlebih dulu. Allah Terimakasih telah memberikan mereka dalam hidupku, terimakasih telah menitipkan aku pada orang tua yang berbeda dari yang lain. Seorang ibu yang begitu sabar dan tulus. Ingat kata ibu "ya kan kalau sudah nikah bukan menantu, tapi anak, g ada beda anak dan menantu, sama aja, tetap aja keselamatannya juga dikhawatirkan". Lalu kukatakan semoga kau memang mertua idaman untuk menantu-menantumu kelak ya Bu. 

Aku titipkan kalian pada Allah, karena aku tak akan mampu menjaga kalian selamanya. Aku hanya mampu mendoakan, menanyakan kabar dan memperhatikan lewat do'a ku. Memang benar harta yang paling berharga adalah keluarga. Dan hanya keluarga yang mampu menerima apa adanya. 

Monday 24 May 2021

Surat Cinta Untukmu

 


 

Kucoba Menggoreskan Tinta Diatas Kertas Putih

Menuliskan Sebuah Isyarat Hati Tentang Dirimu

Namun Selalu Yang Tertuang Hanya Syair-Syair Kerinduan

 

 

Kamu Bagaikan Nahkoda Sebuah Kapal Yang Siap Berlayar

Berlayar Menyebrangi Samudra Bersama Deburan Ombak

Meninggalkanku Yang Tetap Terpaku Menatap Bayangmu

Kau Pergi Membawa Segala Impianku Bersamamu

 

Bisakah Kau Kembali Kepadaku

Hingga Aku Dapat Menatapmu Tepat Didepan Mataku

Bolehkah Aku Tetap Berdiri Disini Menantikanmu

Menanti Kau Kembali Kesisiku Dengan Senyuman

Hingga Akulah Tempat Terakhir Kau Melabuhkan Hati

 

 

 

(Yogyakarta, 18 september 2017)

Saturday 8 May 2021

Menolak Lelaki Sholeh

 






Suatu hari ada telpon dari seorang ustadzah disini, lalu terjadi sebuah percakapan:

Q : mba sekarang sudah punya teman?

A: ya ada Bu teman2 kantor. Ada apa ya Bu?

Q: bukan itu, maksud ibu sudah punya teman hidup atau calon?

A: oh itu, hehee belum ada Bu. 

Q: nanti kalau ada waktu luang bisa ketemu, cuma mau ngobrol2 sama mau ngenalkan anak ibu. 

A: hah, serius Bu. 

Q: iya serius.


Nah kira2 begitulah percakapannya waktu beliau telpon, lalu diatur waktu ketemuannya (didampingi ibunya, jadi gak cuma berdua). Terus ngobrol, ibunya mempersilahkan kalau diantara kami ada yang mau ditanyakan. Pertanyaan hanya seputar umur, alumni, pekerjaan, dan alamat. Hahaha terkesan basa basi banget. Dan yang pasti kalau sekarang ketemu dijalan aku udah gak ingat sama mukanya, karena memang jujur untuk melihat wajahnya aku g berani. Pertemuan diakhiri dan selesai. Tak ada saling tukar nomor telpon, karena perantara memang lewat ibunya. 

Gugup itu pasti. Setelah balik cerita keibu, tanggapan ibu kelihatan cukup antusias. Kalau ditanya gimana aku, ya entahlah. Karena memang sebenarnya ada seseorang yang Kusuka, orangnya jauh karena beda provinsi. Walaupun sebelumnya ibunya nanya apa ada dekat sama laki2 atau ada komitmen dengan seseorang. Ya aku bilang gak ada, karena aku cuma suka dan belum tentu orangnya suka. Makanya saat ditawari buat kenalan ya aku mau mau aja, karena memang aku tidak terikat dengan siapapun. Tapi sebelumnya ada rasa dilema, apa aku harus menunggu seseorang yang Kusuka yang itu gak jelas apakah dia suka atau tidak. Atau memilih laki2 yang dikenalkan ini. Sedikit berat, tapi rasa yakin aja gitu sama rencana Allah entah apapun itu pilihan Allah yang terbaik. 

Setelah kira-kira sebulan sejak pertemuan dengan anak ibunya, terus ditelpon sama ibunya tentang tanggapanku, apakah mau lanjut atau sudah cukup saja. Pas ditelpon gugup iya, karena pertama kali melibatkan orang tua, lebih tepatnya orang tuanya yang mau memperkenalkan anaknya. Setelah aku mendengar penjelasan ibunya, aku mengatakan "Ya sudah Bu, sudah saja kita akhiri". Waktu itu kukatakan kalau aku banyak kekurangan. Mungkin sebagian besar orang akan mengira itu adalah sebuah penolakan secara halus. Tapi ada alasan tersendiri kenapa aku mengatakan itu. Sedih lumayan, karena aku berharap nikah tahun 2021. Tidak apalah, kepastian untuk sudah atau lanjut adalah bulan April. Kita tidak boleh menolak orang Sholeh yang datang. Ada rasa kecewa saat aku cerita ke ibuku. Aku menolak bukan karena fisiknya karena untuk melihat wajahnya aja tak berani, bukan pula karena pekerjaannya karena dia telah bekerja. Tapi saat ibunya bilang kalau masnya belum siap kalau untuk tahun ini, mungkin baru bisa tahun depan. Bukan aku tak mau menunggu, hanya saja aku takut jikapun ta'aruf dalam waktu dekat ini, karena menuju tahun depan itu masih lama, dan tahun depan masih ada 12 bulan. Aku hanya takut kalau terlalu lama waktunya malah jadi fitnah. Dalam selang waktu itu, bagaimana kalau ternyata diantara kami justru memiliki pilihan lain, bertemu dengan orang baru yang mungkin lebih menarik, bagaimana jika dalam waktu itu terlihat segala kekurangan yang tidak bisa saling menerima. Takutnya ketika salah satunya mulai ragu, lalu saat akan memutuskan ada rasa tidak enak. 


Aku bahkan takut jika harus menyukai orang, karena banyak kekurangan yang kumiliki, aku sadar diri bahkan tidak ada apapun yang bisa kubanggakan jika seseorang memilihku. Wanita dipilih karena 4 hal, yaitu karena parasnya, hartanya, nasabnya dan agamanya. Diantara 4 hal itu, tak ada satupun yang bisa kubanggakan. Dari segi fisik pun tak menarik, hartapun aku hanya untuk mencukupi kehidupanku saja, jika dari nasab aku hanya bersyukur dengan adanya orang yang menyayangi dan mendoakan aku, jika karena agama, aku bahkan jauh dari kata Sholeha. 

Sekarang belajar ikhlas dan pasrah menerima segala ketetapan-Nya, apapun itu berharap itu adalah yang terbaik. Percaya pilihan Allah selalu terbaik. Kadang aku lupa mencari seseorang yang baik tapi aku lupa untuk menjadi baik, lupa mempersiapkan diri untuk menjadi seorang yang pantas untuk dipilih. Entah apa yang akan menghampiri lebih dulu, apakah berjodoh dengan seseorang atau dengan kematian. 

Thursday 1 April 2021

Imajinasi Senja



Kamu seolah sedang menyair, menguntai setiap kata dengan rapi menjadi sebuah cerita untuk membuat orang tersenyum. Padahal sesungguhnya kamu tengah menyuguhkan kalimat luka dengan mengorek masa yang terkubur lama.

Dibalik jendela kaca, tersorot sinar Surya yang sudah mulai kembali dalam singgasana peristirahatannya. Kamu mulai bercerita kembali pada senja yang semakin pergi. Kamu berbagi cerita dengan lembaran-lembaran beraroma tinta. Sesekali kau tengok keluar jendela yang masih beraroma Mega merah yang semakin menghilang dengan perlahan.

Terkadang bulir bening menggenangi sudut mata yang dehidrasi. Memutar kembali kenangan, kata dan suasana beberapa tahun silam.

Seseorang berkata "sembuhkan lukamu, hilangkan traumamu, sebelum kamu bisa menerima orang lain"