Thursday 26 September 2019

Percakapanku dengan senja

Me:
Hai senja...
Kali ini kamu berbeda, wajah merona mu tak terlihat muram dan redup.
Bagaimana kabarmu, apakah telah terjadi kabar gembira?
Mengapa kamu begitu senang padahal ronamu tak dapat dinikmati oleh pujangga yang menanti kehadiranmu.
Bukankah rintik sendu itu telah melenyapkan rona indahmu, lalu mengapa kau tersenyum?

Senja:
Betapa aku tidak bahagia, ketika rintik sendu mengusir ronaku hari ini. Dia bukan rintik sendu yang dibenci, namun dia rintik yang selalu dinanti untuk menghapus segala sesak yang merasuki jiwa. Tahukah kamu, setiap tetesnya menghapus seberkas perih yang menyelimuti kepedihan negerimu, bahkan tak hanya seorang gadis kecil sepertimu yang girang berlarian dibawah setiap tetes air langit itu. Tapi mereka, para pahlawan yang sedang memadamkan gejolak dalam paru-paru negeri ini.
Tak apa gumpalan mendung hitam menutupi cahayaku yang merona, namun dia akan berganti menjadi butir-butir bening yang menyirami bumi. Asalkan bukan gumpalan asap hitam dari api yang membakar paru-paru negeri ini hingga melukai dan membunuh setiap makhluk didalamnya.

#BersamaSenja

Thursday 12 September 2019

Lapak Literasi Menumbuhkan Budaya Membaca Yang Menyenangkan.



"Membaca itu mengajak kita melalangbuana diantara lembaran-lembaran putih dengan goresan tinta.
Buku itu membuka mata kita untuk melihat dunia yang tak kita lewati namun ingin kita sambangi" ~@faridasepa~

Mungkin saat ini budaya membaca sudah sangat jarang dilakukan, terutama untuk kalangan anak-anak maupun remaja. Rasa enggan untuk membaca buku terjadi  karena sejak dini anak-anak sudah mengenal dan sibuk dengan gadget. Sesuatu hal yang wajar untuk kondisi saat ini bila kita menjumpai balita atau anak usia prasekolah matanya terfokus pada layar handphonenya.

Sibuk main game ataupun menonton video diyoutube sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan. Sebagian orang tua tidak membatasi penggunaan gadget hanya karena alasan agar anak tidak rewel dan mengganggu pekerjaan mereka, namun sebagian yang lain tetap memfasilitasi penggunaan gadget pada anak usia dini dan tetap diawasi dan dibatasi. Selain itu alasan lain yang mungkin kerap kali terjadi adalah memudahkan komunikasi antara orang tua dan anak pada anak usia sekolah, misalnya bila anak pergi untuk mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya, sebagian orang tua mengijinkan untuk penggunaan handphone untuk menghubungi orang tua mereka.

Ada dampak negatif dan positif dari penggunaan gadget pada anak-anak, dampak positifnya adalah bila digunakan dengan bijak pada anak usia sekolah akan memudahkan mendapat informasi yang berhubungan dengan tugas belajarnya bila tidak menemukannya didalam buku pelajaran yang mereka miliki. Namun dampak negatifnya adalah seorang anak menjadi enggan untuk membaca buku, padahal bisa jadi apa yang mereka cari ada didalam buku mereka, hanya saja mereka tidak ingin repot membuka buku dan membaca banyak tulisan yang memperlambat proses belajar, lalu mereka hanya akan mengandalkan google untuk menemukan jawaban. Adanya istilah "Dunia dalam genggaman", sehingga banyak yang lebih memilih untuk belajar instan, hemat waktu, tenaga dan juga biaya.

Walaupun yang kita lihat saat ini banyak yang sudah tak acuh dengan dunia literasi dan membaca terutama didaerah kalimantan khusunya sampit Kalimantan Tengah, namun sesungguhnya dunia literasi itu tetap diminati oleh sebagian orang.

Lapak Literasi Sampit yang digelar setiap minggu sore di ikon patung ikan jelawat atau tempat wisata yang banyak pengunjung yang digagas oleh kumpulan mahasiswa dan pemuda kota sampit yang peduli dengan dunia literasi.
"Dua jam tanpa gadget, program membaca buku bersama, dalam sunday productive" ~Lapak Literasi~

Mungkin banyak yang menganggap "buat apa repot-repot bawa buku ketempat wisata, orang itu ketempat wisata ya untuk jalan-jalan dan berwisata". Ya lagi-lagi mungkin karena kurangnya minat memabaca mebuat orang masa bodo dengan membaca.

Lalu sebenarnya apa tujuan membuka lapak baca ditempat wisata yang banyak pengunjungnya, bukankah membaca itu ada tempatnya, diperpustakaan atau dirumah misalnya, karena tempat wisata itu banyak pengunjung, banyak keluarga yang jalan-jalan untuk refreshing diakhir pekan, mengajak anak untuk menikmati suasana sore ditepi sungai mentaya dengan ikon pantung ikan jelawat, bermain bersama anak-anak atau sekumpulan muda-mudi dan pasangan yang ingin mengahabiskan akhir pekan setelah merasakan lelah dalam pekerjaan selama sepekan.

Ya, justeru karena tempat wisata itu banyak pengunjung terutama akhir pekan, ide untuk membuka lapak literasi ini muncul. Membaca tidak melulu harus didalam ruangan yang tenang, sunyi, dengan deretan buku dirak-rak yang tersusun rapi.

Dengan adanya Lapak Literasi ini, bisa menjadi wadah untuk para orang tua mengajak anak-anak untuk membaca buku dengan cara yang menyenangkan, karena tempat wisata adalah tempat yang terbuka untuk umum dengan biaya yang relatif hemat yaitu hanya biaya untuk parkir sudah bisa menikmati wisata sungai mentaya yang menjadi khas dari kota sampit. Anak dapat dengan leluasa bereksplorasi dalam membaca, tidak hanya anak-anak tetapi remaja maupun orang dewasa dapat dengan nyaman untuk membaca. Dua jam tanpa gadget itu adalah hal yang terkesan sepele, namun berdampak sangat besar. Terbayang bagaimana ketika seseorang telah asyik membaca buku dan melupakan gadgetnya, dan hal yang menarik lagi adalah ketika seseorang membaca sebuah buku, maka dia harus membaca langsung habis dalam sekali duduk, karena waktunya dibatasi hanya dua jam atau sejak habis ashar hingga menjelang magrib. Bila seseorang tidak menghabiskan buku yang dia baca, maka konsekuensinya adalah mereka harus menunggu sepekan kemudian untuk melanjutkan membaca.
Bagi saya menunggu sepekan untuk melanjutkan membaca itu sangat tidak nyaman, terlebih sudah terlanjur membaca dan penasaran dengan akhir ceritanya. Membaca itu tidak seperti menonton, dimana saat membaca kita harus bisa memaknai isi bacaan itu agar dapat mengerti apa yang kita baca, membaca tidak bisa diskip seperti menonton, karena bila diskip akan bingung dengan maksud isinya.

Lalu kenapa tidak diadakan membaca bersama diperpustakaan atau sebagainya. Oke perpustakaan disampit tidak seperti perpustakaan dijogja yang pernah saya kunjungi. Karena jogja adalah kota pelajar yang sebagian besar pengunjung perpustakaan adalah mahasiswa untuk mencari referensi tugas belajarnya. Perpustakaan dijogja ramai pengunjung jadi bisa buka hingga malam dan buka walaupun akhir pekan, berbeda dengan perpustakaan disampit yang dari ukurannya pun tidak sebesar perpustakaan daerah dijogja, kuantitas pengunjung pun tidak sebanyak dijogja, jelas perbedaannya adalah jogja itu kota pelajar dan kota besar yang banyak pendatang dari luar daerah bahkan mancanegara untuk menimba ilmu disana.

Kelebihan Lapak Literasi ditempat wisata adalah:
1. Memberikan kesempatan kepada orang-orang yang mungkin sibuk selama sepekan hingga tidak sempat atau tidak menyempatkan diri untuk membaca dan enggan untuk berkunjung keperpustakaan.
2. Fasilitas membaca gratis dengan suasana yang tidak monoton dan tidak membosankan.
3. Reader tidak dibatasi usia, jadi bisa mulai dari anak-anak hingga dewasa.
4. Waktu membaca yang cukup singkat, sehingga ada tuntutan dari diri sendiri untuk menyelesaikan membaca dan mengurangi pengunaan handphone.

selain lapak literasi yang sudah berjalan sejak awal tahun 2019 ini, dalam upaya pelestarian budaya membaca yang mulai terkikis, terutama dikota-kota kecil yang masih kurang minat membaca. Maka diadakan pula bazar buku yang melalangbuana dipulau kalimantan, terkhusus kalimantan tengah yang bekerjasama dengan penerbit cangkirpustaka. yang telah terlaksana dibeberapa kota dikalimantan tengah, dan saat ini tengah berlangsung dikota sampit. Untuk bazar buku itu sendiri sangat jarang diadakan, sehingga ketika ada bazar buku maka akan sangat banyak pengunjung.

Salah satu yang membuat orang untuk enggan membudayakan membaca adalah akses buku yang masih kurang. Bukan tidak ada toko buku atau perpustakaan, toko buku sudah ada termasuk gramedia dan perpustakaan kota yang ada disampit, dimall pun sudah ada toko buku, hanya saja harga yang menjadi pertimbangan terutama untuk kalangan menengah kebawah, sehingga tidak terlalu memprioritaskan untuk kebutuhan akan literasi.

Peran masyarakat untuk membudayakan literasi didaerah masing-masing, terutama didaerah yang masih kurang minat bacanya adalah dengan membuat komunitas membaca seperti yang telah dilakukan oleh kumpulan pemuda kreatif yang peduli terhadap literasi. Harapannya lapak literasi tidak hanya dikota sampit saja, namun dikota-kota atau daerah-daerah lain yang masih minim minat membacanya. support dari semua pihak juga dibutuhkan termasuk supply buku yang semakin ditingkatkan, untuk menumbuhkan kepedulian terhadap budaya membaca.







Dokumentasi kegiatan Lapak Literasi Setiap Minggu Sore
di Ikon Pantung Jelawat Sampit 



#SahabatKeluarga

#LiterasiKeluarga

Sunday 25 August 2019

Belajar Saja Dulu




Ambil pelajaran dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, kita lakukan dan kita ucapkan. 
Dan sebuah pelajaran yang saya dapatkan dari sort film tentang sedekah. Dimana seorang mahasiswa telah membagi tiga toples yang bertuliskan konsumsi harian, tabungan dan sedekah. Mungkin terlihat sepele ya, lagian buat apa juga harus dibagi gitu, dan juga kenapa sedekah termasuk dalam kategori itu?.
Dari film itu diceritakan bahwa mahasiswa ini harus membayar uang kuliahnya supaya bisa mengikuti ujian semester, jika digabungkan dari ketiga toples itu, maka uangnya cukup untuk membayar, namun termasuk uang sedekah itu. Dan dia tetep kekeh untuk tidak menggunakan uang itu untuk bayar kuliahnya, karena uang itu diniatkan untuk sedekah, dan itu bukan haknya walaupun itu adalah uangnya, hanya saja belum disalurkan untuk bersedekah. Sesungguhnya ada sedikit hak orang lain yang dititipkan pada harta kita, yang sedikit bagi kita itu sangat berarti bagi yang membutuhkan. Judul dari sort film itu "Sedekah mulia ~ Produksi film maker muslim~.

Saya memang belum menerapkan, atau mungkin saya baru akan memulai. Tapi dari film itu bisa diambil sebuah pelajaran yang sangat berarti dan mungkin tidak pernah terfikirkan "Bagaimana seorang mahasiswa ini memiliki pemikiran seperti itu, siapa orang dibalik idenya itu, dan siapa yang menanamkan sifat itu pada dirinya?". 

Mungkin saya akan mulai belajar menyisihkan beberapa lembar dari gaji saya yang akan dipisahkan menjadi beberapa kotak. Mencoba membiasakan untuk diri sendiri terlebih dahulu. Karena wanita itu sumber segala-galanya, termasuk ketika menjadi ibu, maka dia yang harus mengajarkan dan membiasakan anak-anaknya untuk kebaikan, termasuk menabung dan bersedekah. Menanamkan kebiasan melakukan kebaikan itu sejak dini, bukan setelah mereka dewasa, jika dewasa itu adalah dia harus menerapkannya. 

Dulu waktu saya masih menjadi mahasiswa dijogja, ikut aksi dan penggalangan dana, untuk kota-kota besar itu bukan hal yang asing lagi. Ada rasa sedih ketika ikut jadi tim penggalangan dana, tak bisa ikut memberikan sumbangan. Tapi ada yang unik dari aksi bela Palestina waktu itu, ada beberapa uang dalam botol yang masuk kedalam kotak sumbangan, botol itu isinya lebih banyak koin, kami dapat info bahwa yang menyumbangkan itu adalah anak kecil. ( https://faridasepa.blogspot.com/2019/01/iri-sama-orang-kaya.html?m=1 ) untuk cerita lengkapnya silahkan cek link.

Kebayang tidak berapa lama dia telah mengumpulkan uang recehan itu, bagaimana dia menyisihkan uang-uang koin itu dari uang jajannya, bagiamana dia bisa seikhlas itu, ketika uang yang seharusnya bisa digunakan untuk beli jajan atau bahkan mainan.

Kemungkinan besar itu adalah bagaimana cara orang tuanya mendidik dan membiasakan kebiasaan baik itu, tidak hanya mengajarkannya namun juga memberi contoh, karena orang tua adalah figur pertama, teladan pertama yang mereka yakini.

Kalau dibilang "kamu kan belum punya anak, belum menikah, belum tau gimana rasanya mendidik anak yang polanya macam-macam, belum lagi dengan sifat suami yang berbeda, juga ngurus rumah sambil kerja. Ya gampang aja kamu tinggal ngomong aja, nanti rasakan gimana rasanya jadi istri, jadi ibu yang super sibuk".

Ya justru itu karena saya belum punya anak atau bahkan nikah pun belum, makanya saya perlu banyak belajar. Belajar bagaimana menjadi calon orang tua yang baik, karena tidak ada sekolah orang tua, maka belajar dari setiap yang kita lihat, kita dengar, dan belajar dari pengalaman orang lain. Mencuri ilmu dari pengalaman orang lain, membaca dan belajar tentang psikologi perkembangan anak dan mungkin ilmu parenting yang lain.

#ispirasi


Friday 26 July 2019

Dear Calon Suami



Oneday duduk bersamamu, kita menatap senja bersama ditempat dan waktu yg sama, lalu kau bercerita tentang segala kepenatan mu hari ini dan ceritamu setiap hari kujadikan inspirasiku menulis. Kita berbagi cerita, saling mendengarkan, kau menjadi sandaran ku dan mendengar segala keluh kesah ku, dan kau jadikan aku semangatmu yang selalu memberimu tenaga setiap menatap senyumku.

Kita akan saling melengkapi dalam segala hal, minum kopi misalnya. Kubuatkan secangkir kopi untukmu, lalu kau meminumnya dan aku menikmati aromanya.

Saat aku salah, aku ingin kau memperbaiki kesalahanku, lalu membimbingku tanpa membentak atau memukulku. Saat aku sedih, kau jadikan bahumu untuk sandaran kepalaku dan dadamu siaga memelukku, lalu tanganmu membelai rambutku dan kau mengatakan "semua akan baik-baik saja, tenang ada aku disini, aku superhero mu, kamu wanita tangguh".
Saat kau penat dengan semua pekerjaanmu, lalu aku akan tersenyum menatapmu, kupegang tanganmu, hingga kau merasa tenang karena ada seseorang yang menjadi tanggung jawabmu.



Dear calon suami.

#moccacino_senja
#melukis_senja
#bercerita_tentang_senja
#bersamamu

Saturday 20 July 2019

Rasa kehidupan



Senja saat aku duduk di kursi diantara ribuan buku yang tersusun indah dalam meja bazar hari ini. Seorang gadis kecil membawa sebuah buku berwarna hijau yang bergambar hewan dan alam, dia tersenyum girang memperhatikan buku itu. Ah sesederhana itu bahagianya seorang anak kecil, seolah tak ada beban didalam kepalanya.
Bagaimana denganku, bagaimana dengan hidupku. Begitu nano-nano rasanya. Hidup tak seperti espresso yang pahit namun tetap dinikmati, atau lembut dan creeme bagaikan latte. Tapi hidup itu seperti moccacino yang berisi perpaduan antara kopi pahit atau susu yang terlalu manis, juga coklat yang berasa pahit, lembut juga manis. Moccacino itu tentang semua rasa kehidupan.

Friday 19 July 2019

Bab I



Gadis itu selalu duduk ditempat itu. Duduk di kursi yang berada disisi kanan meja yang tepat menghadap jendela kaca berukuran besar dan sangat terang, sisi luar jendela itu menghadap kearah jalan. Ya arah jalan tepat kendaraan dan orang berlalu lalang . Selalu dengan notebook 10 inci dihadapannya, entah apa yang selalu dia pandang diantara layar yang menyala itu. Wajahnya terfokus pada layar itu, jarinya mulai mengetik sesuatu dari keyboardnya, namun sesekali dia menghamburkan pandangannya keluar jendela dan menghentikan beberapa saat gerakan jemarinya. Kadang wajahnya terlihat begitu serius, kadang nafasnya mulai menghembus panjang dan menoleh kemeja kasir saat seseorang menerima kopi, seolah dia sedang menebak apakah itu moccacino atau espresso, ah tidak, wajahnya mulai lusuhl kembali ketika tembakkannya salah ternyata itu aroma cappucino.

Bangun Lagi



"Ada masa ketika merasa putus asa dengan segala harapan, lalu kemudian ada secercah cahaya harapan yang membuka kembali lembaran-lembaran yang telah terlupakan.
Tentang impian, dan ambisi yang sempat memudar. Ternyata aku tak pernah mengubahnya, lalu kenapa aku merasa diriku telah berubah. Bangun dan coba susun lagi apa yang pernah tertulis dulu. Mencoba meyakinkan diri bahwa aku pasti bisa, disaat mungkin sudah tidak ada lagi harapan. Bahkan dalam game pun bisa menang walau itu adalah nyawa terakhir"

Kembalilah wahai semangat, untuk kembali melanjutkan segala impian-impian itu. Tak apa bila tak ada seorang pun yang menyukainya, tapi perjuangkan. Tak apa bila tak ada seorang pun yang percaya, setidaknya diri ini meyakini Tangan Allah akan membantu. Tidak, kamu tidak aneh, kamu tidak lemah, kamu itu luar biasa. Jika semua orang merendahkanmu, maka buat dirimu tinggi dan besar karena kamu selalu melangitkan do'a dan menggetarkan seisi dunia.

Beliave, kamu itu berbeda. Kamu itu bisa, lalu mengapa kamu mencoba mengubur impian-impianmu, jika dalam hatimu saja kau tak rela untuk melepaskannya, padahal dirimu masih saja memperjuangkannya.

Tuesday 16 July 2019

Tentang Laki-Laki dan Perempuan



"Laki-laki itu kalau dalam tekanan masalah, mereka menyendiri, berkontenflasi dan merumuskan solusi. Perempuan kalau ada masalah mereka berbicara untuk mencurahkan isi hatinya mengurangi ketegangannya, pengen merasa dimengerti, difahami dan merasa tidak sendiri, kalau perlu menangis sampai tuntas air mata" (Ustadz Salim A Fillah)

Perempuan kalau ada masalah cenderung ingin bercerita sampai tuntas, lalu kemudian dia mungkin akan merasa lega setelah bercerita. Ketika dia bercerita maka dengarkan dengan antusias, karena kalau kamu mendengarkan hanya sekedarnya saja, dia akan merasa tidak dihargai dan merasa ceritanya diabaikan. Perempuan itu kadang cuma ingin didengarkan tanpa meminta solusi dari masalahnya, dia hanya merasa ingin didengarkan, ingin orang lain mengerti perasaannya, ingin kemudian melepaskan beban yang menyesakkan dadanya.

Sedangkan laki-laki kalau ada masalah cenderung untuk diam walaupun diwajahnya terlihat beban. Dia akan menceritakan masalahnya setelah dirinya merasa tenang dan mungkin ketika masalah itu telah dia selesaikan, karena dia merasa bahwa laki-laki itu memiliki tanggung jawab sehingga dia tidak ingin terlihat lemah didepan pasangannya.

Jadi kalau perempuan punya masalah dengarkan ceritanya, tak perlu memarahinya, dan mungkin jangan tawarkan solusi yang menurutmu itu sangat simple, karena itu adalah solusi yang mungkin menyinggung perasaannya. Misalkan seorang istri mengeluhkan "aku capek seharian ini, anak-anak rewel, mana dikantor ada masalah, belum lagi, ditambah lagi rumah berantakan, kerjaan rumah banyak, nyuci, masak, beres-beres hufh". Maka jangan tawarkan "ya udah nanti kita sewa pembantu buat beresin rumah". Ah itu adalah solusi simple dari laki-laki yang menyinggung perasaan perempuan, dalam keadaan capek dia ingin didengarkan, dengan menawarkan pembantu itu bisa  diartikan bahwa selama ini yang dia lakukan untuk rumahnya tak lebih seperti pembantu.

Jika laki-laki merasa terbebani dengan masalahnya, maka jangan paksa dia untuk bercerita masalahnya, karena dia tidak ingin membuatmu (perempuan) merasa terbebani juga dengan masalahnya, dia hanya tidak ingin membuatmu (perempuan) khawatir dengan masalahnya. Mungkin dengan memberinya waktu untuk menyendiri dengan tenang, bisa dengan memberikan semangat dengan senyuman atau memberinya segelas teh atau kopi hangat untuknya. kemudian setelah dia merasa tenang, mungkin dia akan menceritakan masalahnya. Maka saat itu berilah dia semangat dan jangan mengeluhkan segala hal, kuatkan dia jika masalah itu belum kelar, jika masalah itu telah kelar maka apresiasi sebagai bentuk menghormati dan menjadikan dia seperti super hero.

Perihal pernikahan itu banyak yang harus dipelajari. Termasuk belajar ilmu komunikasi, bagaimana berkomunikasi yang baik dan benar dengan pasangan. Belajar ilmu psikologi pasangan, bagaimana menghadapi masalah dengan berbagai emosi, bagaimana saat sedang bahagia dan bagaimana saat sedang sedih, sedang marah dan segala situasi.

Salah jika pendapat perempuan itu tugasnya hanya sumur, dapur dan kasur. karena banyak yang harus dia lakukan untuk keluarganya, untuk suaminya, anak-anaknya, belajar menghormati tetangga, menghormati orang lain, dan sangat-sangat banyak tugasnya.
Makanya perempuan itu mulia, saat kecil ia menjadi surga untuk ayahnya, saat dewasa menjadi surga untuk suaminya, dan saat menjadi ibu surga ada dibawah kakinya.
Saat dia kecil, dia wajib berbakti kepada orang tuanya, saat dia dewasa wajib berbakti kepada suaminya, dan saat menjadi ibu, anak laki-lakinya tetap wajib berbakti kepadanya.

Jadi cintamu (laki-laki) kepada istrimu jangan sampai menghilangkan baktimu kepada ibumu, dan baktimu (laki-laki) kepada ibumu jangan sampai mendzolimi istrimu.

Perempuan ketika menikah, dikelurga sendiri seperti tamu, dikeluarga mertua seperti orang lain.
Laki-laki selalu berkata "Jadilah menantu yang baik, karena ibuku membesarkanku tidak mudah"
Tapi sangat jarang mengatakan "Ibu, berbaiklah sedikit dengan istriku, dia rela meninggalkan orang tua yang sangat disayanginya untuk datang kekeluarga kita, sangat tidak mudah baginya untuk meninggalkan orang tuanya dan menjadi orang baru dalam keluarga kita".

Aku memang belum menikah, mungkin itu adalah penalaranku dari sebuah kutipan ceramah dari Ustadz Salim.

Ketika dulu ada teman yang sudah menikah, lalu kemudian baru ku sadari ternyata memang banyak teman-temanku yang sudah menikah dan punya anak. Tiba-tiba terbesit dalam pikiran "bagaimana setelah mereka menikah, bagaimana cara mendidik anak" sebuah ketakutan yang terlintas, bahwa aku gagal dalam mendidik anak. Tapi itu kan tugas bersama dalam rumah tangga. Ya tentu itu tugas bersama, tapi bukankah ibu itu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Waktu kuliah diajarkan cara komunikasi mulai dari bayi sampai orang tua. Bagaimana seharusnya belajar berkomunikasi dan memahami bahasa dari bayi, anak-anak, remaja dan dewasa.
Sungguh jika itu semua dibahas, mungkin aku tidak akan sanggup dan mungkin aku sangat-sangat takut untuk menikah. Ya memang mungkin belum siap, terutama ilmu parenting yang mungkin aku dapatkan dari kuliah dari ceramah-ceramah d internet dll. Belum ada satupun tabungan buku ilmu parenting, belum satupun buku tentang psikologi anak.

Proses pendewasaan, proses belajar, proses dan terus berproses untuk lebih baik.
Oke yang pasti sekarang belajar menjadi perempuan produktif yang bermanfaat. Tidak boleh hanya memikirkan tentang jodoh tanpa ada perbaikan-perbaikan dan mempersiapkannya. Ingin mendapatkan yang sholih, mapan, baik, romantis, dan segala-galanya, sudah pantas kah dengan diri yang masih banyak salah.

Monday 10 June 2019

Segalanya perlu uang, tapi uang bukan segalanya.


Zaman sekarang semua membutuhkan uang, sampai ada sebuah kata-kata "segalanya perlu uang", tapi percayalah uang itu bukan segalanya.

Memang tidak munafik di zaman sekarang segalanya membutuhkan uang, bahkan untuk numpang toilet umum pun harus bayar. Tapi uang menjadi tak berharga ketika tidak bisa menyelamatkan seorang yang kaya raya dari bencana, atau menyelamatkan seorang yang kaya raya dari malaikat maut.

Seorang ustadzah pernah bilang "kalau uang yang kamu miliki masih tau jumlahnya, berarti itu belum banyak". Beliau mengatakan, mencari dunia itu lelah. Lelah mengumpulkan harta lalu kemudian belum lama menikmatinya malah sudah meninggal. Yang lelah mencari kita, yang mempertanggung jawabkan di akhirat juga kita, tapi yang menikmati orang lain. Ya gimana bukan orang lain, kalau sudah dialam kubur tak membawa apa-apa kecuali amal.
Sebanyak apapun hartanya, tidak akan ada artinya kalau dinikmati sendiri.

Ada sebuah kisah, seorang lelaki yang kaya, ada beberapa harta dia dapatkan dengan mengambil hak orang lain. Dia dikaruniai banyak anak, tetapi dari ibu yang berbeda-beda. Ada istri yang dia tinggalkan, namun ada juga istri yang meninggalkannya. Ketika dia hidup dengan anak-anaknya, mereka hanya tahu caranya minta uang, tanpa tahu bagaimana kerja keras untuk mendapatkannya, mereka terbiasa hidup dengan meminta segala sesuatu yang harus segera dituruti, jika tidak maka akan marah kepada orang tuanya. Mereka tidak terbiasa dengan hidup serba terbatas.
Hidupnya merasa tidak tenang. Memiliki uang 5 juta, baginya tak mimiliki uang, karena terbiasa dengan nominal yang banyak. Namun nominal yang banyak itu hanya numpang lewat, beralih dari satu rekening kerekening lain.

Seberapapun hasilnya Alhamdulillah syukuri, yang penting hasil sendiri dengan cara yang benar. Tak mengambil yang bukan hak kita. Semoga kita selalu merasa cukup. Sebanyak apapun hartanya, apa artinya kalau tak pernah dikeluarkan untuk sedekah, zakat ataupun infaq. Dalam harta kita itu terdapat sedikit hak orang lain didalamnya, yang sedikit itu bisa jadi sangat membantu orang lain, yang sedikit itu mungkin menjadi amalan yang banyak untuk kita.

Hasil yang sedikit akan nikmat ketika bersyukur dan menikmatinya bersama orang-orang yang disayangi. Namun hasil yang banyak tidak akan bahagia kalau hanya dinikmati sendiri, tanpa ada orang tersayang, tanpa siapapun dalam hidupnya.

Pernah gak merasa bahagia sekali ketika bisa makan berkumpul bersama keluarga, menikmati masakan ibu, dalam sela-sela makan kadang ada guyonan antara orang tua dengan anak, antara kakak dan adik, atau antara bapak dan ibu. Membicarakan dan mengomentari masakan ibu, atau mengapresiasi masakan ibu yang lezat. Lalu bandingkan bagaimana bahagianya kita ketika makan di restoran mewah dengan menu yang banyak dan lezat, tapi menikmatinya sendirian.
Sungguh bahagia itu tidak bisa dibeli dengan uang, walaupun dengan uang bisa membuat bahagia.

Ketika dulu banget, aku pernah berfikir nanti kalau aku nikah akan menanyakan "kamu siap hidup susah ketika nikah denganku". Ya mungkin terkesan aneh, karena itu yang harusnya diucapkan oleh laki-laki. Tapi akupun berhak mengatakannya, karena dibalik suksesnya laki-laki itu ada wanita yang selalu setia mendampingi. Seorang koruptor bisa saja melakukan korupsi karena tuntutan istri yang selalu dan selalu merasa kurang, sehingga dia melakukan jalan yang salah untuk bisa membahagiakan istrinya.

Wanita itu tidak matre, tapi itu kebutuhan. Bukan hanya untuk kebutuhan dirinya, tapi keluarganya.
Ketika suami memberi uang gaji kepada istrinya dgn jumlah yang banyak, tapi heran kenapa selalu habis. Coba hitung, berapa biaya makan satu hari untuk satu keluarga, berapa biaya sekolah untuk anak, uang jajan anak, bayar listrik, bayar air, sewa rumah (jika ada), beli keperluan mencuci piring dan baju (sepele kelihatannya, tapi ini juga termasuk kebutuhan), untuk transportasi, untuk beli gas, air minum. Ini belum termasuk belanja mainan anak, sepatu atau sendal baru, tidak termasuk make up untuk sang istri sendiri, tidak termasuk baju baru, dan tidak termasuk untuk kebutuhan mendadak. Tidak termasuk pula untuk sedekah dan infaq (untuk membersihkan harta).
Jadi jangan bandingkan total pengeluaran keluarga kita dengan orang lain.

Ya mungkin aku memang belum menikah, sehingga tak perlu repot-repot memikirkan itu sedemikian. Tapi sebagai pelajaran dan bekal. Karena menjadi seorang wanita adalah sebagai bendahara untuk kelurganya, menjaga harta suaminya, apakah digunakan untuk jalan kebaikan yang bisa memberikan kebaikan pula untuk suaminya, atau digunakan untuk jalan yang tidak baik sehingga menjadikan dosa untuk suaminya.

Sunday 19 May 2019

Wanita kahir Zaman





Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-13 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.
 
Pernahkah merasakan ketika kita ingin berubah menjadi orang yang lebih baik tapi banyak rintangan hingga akhirnya kita mundur atau tetap terus maju dan melawan rintangan itu. Sebagian orang yang telah mantap memilih jalan hijrahnya akan terus maju dan menaklukan segala rintangan itu.
Pengalaman hijrah saya kali ini adalah bagaimana saya dapat menjadi muslimah yang mampu menjalankan syariat islam dalam hal menutup aurat. Saat saya sekolah di mts, kami diwajibkan memakai kerudung. Sebenarnya saya tidak suka memakai kerudung. Saya selalu bertanya pada diri saya sendiri kala itu “mengapa saya harus berkerudung”, karena saya tipe anak yang tomboy jadi pakaian saya hampir semua menyerupai laki-laki bahkan rok yang saya miliki dapat dihitung jumlahnya. Kemudian saya dapatkan jawaban dari semua pertanyaan itu ketika saya mengikuti kajian islam khusus remaja putri dikota saya. Kali ini pembahasannya tentang kewajiban muslimah dalam menutup aurat. Materi yang menarik dan benar-benar menjawab atas pertanyaan yang selama ini tersimpan lama sejak saya kelas vii sampai kelas ix baru terjawab. Jawabannya sangat simple kenapa muslimah harus menutup aurat, agar muslimah terjaga kehormatannya. Simple ya sangat simple kemudian penjelasan-penjelasan berikutnya diperkuat dengan hadist dan al qur’an (q.s al ahzab:59 dan q.s an nur: 31). Walaupun telah mendapat materi itu, tapi hati saya belum tergerak untuk berubah, karena alasan bahwa wanita yang menutup auratnya secara sempurna (termasuk memakai kaos kaki) akan susah beraktivitas. Lagi-lagi alasan itu dapat terpatahkan dengan bukti bahwa ustadzah yang mengisi materi itu adalah seorang guru pns di sekolah kejuruan dengan jurusan pertanian dan perkebunan, dimana beliau ikut melakukan aktivitas dikebun bersama murid-muridnya.
Setelah lulus mts saya melanjutkan pendidikan di man. Sebelum saya lulus seleksi masuk man saya sudah berjanji pada diri saya bahwa saya benar-benar akan berhijrah, tidak lagi memakai jins dan celana apapun saat keluar rumah.Walaupun seragam kami rok, tetapi saat olahraga kami tetap harus memakai celana olahraga. Padahal saat itu saya telah berjanji untuk benar-benar menutup aurat dan tidak lagi memakai celana saat diluar rumah. Awalnya guru olahraga saya biasa saja, karena saya takut untuk memulai disekolah, maka saat ditanya kenapa saya berolahraga menggunakan rok, alasan saya adalah celana saya tertinggal (walaupun berbohong itu tidak boleh). Seiring berjalannya waktu dan saya telah memiliki keberanian untuk menyatakan bahwa saya benar-benar bisa melewatinya. Saat olahraga saya memakai rok, dan guru saya kembali menanyakan alasan saya, walaupun beliau tahu kemungkinan alasan yang akan saya sampaikan. Tapi alasan kali ini yaitu, saya menyampaikan bahwa wanita memang seharusnya menutup auratnya dan tidak memakai celana layaknya laki-laki, saat itu semua teman saya hanya terdiam dan menyaksikan saya mengatakan itu. Guru saya melarang saya untuk mengikuti olahraga, tapi saya tetap mengikuti walaupun saya diabaikan dan diacuhkan begitu saja. Kadang saya mengeluh dan merasa tidak kua. Saya memang melanggar aturan sekolah, tapi asal tidak melanggar syariat allah. Saya pernah dilarang dan diancam nilai saya jelek karena alasan saya tetap olahraga memakai rok, saat itu saya menangis di dalam kelas, teman saya membujuk saya untuk mengganti rok saya dengan celana, tapi saya tetap pada pendirian saya, saya katakan lebih baik saya berada dalam kelas tetap memakai rok dari pada saya harus olahraga menggunakan celana. Tapi guru tidak boleh menilai hanya dari itu, saya tunjukan bahwa saya masih bisa beraktivitas dan berolahraga memakai rok. Saat lari jarak jauh, saya membuktikan bahwa saya satu-satunya perempuan yang sampai pertama, lari estafet, lompat jauh, dan olahraga yang lain. Saya dengan pd mengikuti organisasi di sekolah dan pernah dicalonkan sebagai wakil ketua osis. Saya tunjukan bahwa saya mampu, nilai saya setiap pelajaran olahraga tidak pernah dibawah standar dan lumayan bagus, bahkan saya memiliki nilai yang cukup bagus dibanding mereka yang olahraga memakai celana (bukan sombong, tapi itulah bukti ketika kita menjalankan syariat allah maka allah juga akan menolong kita) akhirnya guru saya memperbolehkan saya memakai rok setiap olahraga walaupun beliau kadang kesal dengan saya.



#Day(13)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah


Saturday 18 May 2019

Menjadi Kupu-Kupu

Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-12 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.
Tidak terasa ternyata sudah memasuki hari ke-12 yang itu artinya kita semakin mendekat untuk meninggalkan ramadhan.
Pernahkah kita melihat proses awal pembentukan kupu-kupu yang indah itu. Ya, kita semua tahu bahwa kupu-kupu berasal dari kepompong. Mungkin banyak dari kita yang tidak menyukai kepompong, tapi banyak dari kita juga yang menyukai kupu-kupu.

Begitulah hidup ini, banyak orang yang tidak menyukai sesuatu yang tidak menyenangkan, tapi sangat mengharapka sesuatu yang indah dengan cepat.

Maka jadilah seperti kepompong, saat dia berjuang, banyak yang tidak menyukainya. Tetapi setelah menjadi kupu-kupu yang indah, banyak yang mendambakannya.

Ya mungkin itulah manusia, hanya melihat sesuatu yang sekarang terlihat membanggakan, indah, megah dan wah. Mereka hanya melihat hasil, tanpa tahu bahagiamana seseorang itu berjuang dengan
payah.

Maka tak apa jika orang hanya melihat keindahan dan kenyaman yang mungkin sekarang telah kita rasakan. Tak apa mereka tidak melihat lelahnya perjuangan dan gagal berkali-kali. karena kita pun tak perlu menjelaskan kepada mereka, mereka pun mungkin tak akan percaya. Hanya saja merek terlihat membanggakan kita ketika kita berada dipuncak kejaan dan akan kembali merendahkan kita ketika kita terjatuh.

Sebanyak apapun teman kita saat berada dalam kejaan, mereka tidak semua yang ada saat kita berada dalam keadaan terpuruk. Bersyukur jika mempunyai orang-orang yang selalu mendukung dalam segala hal.

#Day(12)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Thursday 16 May 2019

Aku seorang pembohong




Hallo apa kabar Ramadhan hari ke-11, semoga tetap istiqomah dalam menjalankan rutinitas ibadahnya. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita hari ini dan hari-hari berikutnya.

Ini tentang anak rantau, terlebih ini adalah tentangku. Aku bisa jadi orang yang ahli berbohong ketika aku jauh dari orangtuaku. Kenapa aku menjadi ahli pembohong ketika jauh, karena ketika dekat dengan orang tuaku aku tak mungkin bisa berbohong, mereka tau dan melihatku, sehingga aku tidak bisa selalu mengatakan “iya aku baik-baik saja” karena mereka melihat aku tidak baik-baik saja.

Kebohongan yang selalu aku lakukan adalah, ketika ibuku menelpon (ibuku selalu menelpon kalau aku jadi anak rantau), pertanyaan yang selalu dan selalu ditanya adalah “kamu sudah makan?”, Untuk pertanyaan itu aku jawab jujur. Tapi kalau aku lagi nggak enak badan, jika terpaksa aku harus angkat telponnya maka aku tidak katakan aku sedang sakit, kalau ibuku tanya “kenapa suaramu lemes?”, Jawabanku “baru bangun tidur Bu”. Tapi itu tidak sepenuhnya bohong, hanya saja tidak mengungkapkan keadaan yang sebenarnya, “baru bangun tidur” itu tidak bohong, karena orang sakit memang harus istirahat kan.

Pertanyaan lain yang sering ditanyakan waktu aku masih kuliah “uangmu masih ada?”, “Masih Bu”, pertanyaan akan berlanjut “sisa berapa”, sambil ketawa aku jawab “masih cukup kok Bu”. Ya, padahal sebenarnya uang didompet hanya tinggal 20 ribu. Hello 20 ribu posisi ditelpon hari Jum'at sore dan ibuku g bisa pakai ATM atau m-banking. Otomatis kemungkinan bakal dikirim hari Senin itu udah paling cepet, lalu Sabtu Minggu gimana nasibnya (tidur aja seharian gak usah kemana biar g keluar uang😂).
Kenapa ibuku nanyain nominal sisa berapa, karena aku gak pernah minta kiriman kecuali buat bayar kos dan bayar kuliah, selebihnya untuk belanja dan kebutuhan lain aku cuma menunggu tanpa meminta.

Kenapa aku bersikap demikian, karena kita yang tau bagaimana keadaan orang tua kita, baik fisik maupun psikis. Ibuku orang yang paling gak bisa kalau dengar anaknya sakit atau kekurangan uang. Mungkin orang tua yang lain pun sama. Tapi aku tahu ibuku sangat menghawatirkan, hingga beliau paling nggak bisa kalau dapat kabar nggak baik, beliau bakal sakit kalau memikirkan sesuatu terlalu berat. Makanya aku merahasiakan ketidaknyamanan ku bila menjadi anak rantau.

Biarkan mereka melihat aku baik-baik saja, agar aku tak terlalu membebani pikiran mereka.
Mungkin lebih tepatnya aku adalah seorang yang tidak mau berterus terang, itu karena aku tak mau membebani mereka. Biar s aja merasakan tidak enaknya sendiri. Toh gak selamanya gak enak kan.

Ibuku pernah tanya "Kok ibunya si Itu bilang anaknya nggak betah disana, katanya nggak enak di asrama, kuliahnya capek, tapi kok kamu nggak bilang gitu?". Ya ngapain diceritakan hal-hal semacam itu, karena bagiku, itu pilihanku, aku yang mau kuliah jauh, jadi aku harus terima konsekuensinya. Masih syukur orangtua masih mampu membiayai, masa balasannya dengan mengeluh.


#Day(11)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Wednesday 15 May 2019

Cari Calon Suami Kaya


Hai apa kabar hari ini, sudah memasuki puasa hari ke-10 ya ternyata. Alhamdulillah telah melaksanakan puasa 9 hari puasa. Semoga tetap Istiqomah menjalankan rutinitas ibadahnya.

Kali ini akan membahas tentang calon suami. Bukan berarti aku akan menikah dalam waktu dekat ini. Hanya saja aku tertarik untuk menuliskan ini, karena merasa sesuatu yang terpendam ini rasanya ingin diungkapkan.

Tadi malam ditelpon sama mas (kakak laki-lakiku) karena dia sedang dirumah, entah kenapa dalam telpon itu kemudian pembahasan kami tentang menikah. Memang aku yang memulai, niat untuk menanyakan ke masku karena terhitung umurnya memang sudah lumayan untuk menikah. Tapi kemudian aku yang kena imbasnya karena umurku pun sekira sudah wajar untuk menikah.

Ibu : Nanti kalau nikah cari calon suami yang kaya ya.
aku : Lah kenapa memang bu?
Ibu : Ya biar hidupmu enak, nggak susah.
Aku : Ya kali bu, nikah cuma karena kaya. Kalau kaya tapi nggak sholeh gimana?
Ibu : Ya yang kaya sama sholeh.
Mas : Iya kaya, tapi yang kaya orang tuanya, anaknya males-malesan. Ya sama aja susah juga.
Aku : Nah tu bener mas, setuju aku. Lagian bu nanti kalau cari yang kaya, Mas kapan nikahnya. Lah kalau semua perempuan pengennya nikah sama yang kaya. Bu, ibuu itu punya anak laki-laki dan perempuan lo, Nanti kalau aku mau nikah memberatkan calonku, nanti gimana kalau mas diberatkan juga sama calonnya. kan kasian.
Ibu : Ya iya sih, ya sudah kerja aja dulu. Bantuin mas buat modal nikah. hahaha.

Kira-kira begitulah isi percakapan antara anak-anak yang sudah mulai beranjak dewasa dengan orang tuanya terutama ibu.

Suatu hari bulekku bilang "Ku do'akan kamu nanti dapat suami yang kerjanya dikantoran atau PNS yang kaya, biar hidupmu enak nggak susah, yang sholeh juga".
Aku cuma senyum dan menanggapi "Sebentar ya bulek, aku ngaca dulu, hahaha kan jodoh itu cerminan diri kita, lah kira-kira ponakan bulek ini pantas nggak dapat yang kayak gitu"

Bukannya nggak pengen punya suami kaya, tapi untuk apa kaya kalau dia nggak menghargai wanita, memang wanita hanya dihargai dengan kekayaan saja, untuk apa kaya kalau hanya kaya harta, tak diimbangi dengan keramahan, kasih sayang dan masih banyak lagi yang perlu dipertimbangkan. Hidup terlalu kejam jika hanya mengandalkan kekayaan. Bukan berarti nggak pengen kaya, karena muslim itu memang harus kaya supaya bisa lebih banyak bisa membantu saudara-saudara muslim yang lain. Tapi nikah kalau cuma karena kaya, lalu ketika kekayaan itu hilang, maka akan kecewa.

Dia kaya, tapi kalau ternyata dia bukan orang yang sopan, hanya memandang kebahagian itu dinilai dari banyaknya harta, dia kaya tapi dia pandai berbohong, dia kaya tapi sering membuat kecewa, dia kaya tapi tangan sangat ringan melayang untuk menyakiti, dia kaya tapi tidak pernah berbagi, dia kaya tapi hanya untuk diri sendiri dan keluarga, dia kaya tapi selalu mengejar dunia dan menumpuk kekayaan tanpa mengingat untuk membimbing keluarganya menuju kebaikan. Takutnya dia kaya, lalu dia meremehkan rezeki yang sedikit.

Bagaimana kalau dia hanya melihatku memilihnya hanya karena hartanya, lalu dia bisa saja memperlakukanku sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaanku. Bagaimana kalau dia hanya menilai bahagiaku hanya dengan harta.

Aku khawatir jika dia menilai bahwa bahagiku hanya karena harta, lalu dia melakukan segala cara untuk menjadi kaya, bahkan mengambil hak orang lain. Itu bukan bahagia namanya, menikmati apa yang bukan menjadi haknya, lalu menjadi beban fikiran dan kemudian merasa tertekan lalu sakit, apakah harta itu menjadi nikmat atau malah bencana.

Bahagia bukan cuma tentang harta, bukan berarti juga tak menginginkannya. Jika mendapatkan suami yang kaya, alhamdulillah itu artinya dia percayakan hartanya kepadaku untuk menjaganya. Jika mendapatkan yang belum kaya, itu artiinya dia percaya aku yang akan membantu menguatkan dan membantunya untuk meraih semuanya bersama.

Jika bahagia hanya dinilai dari kekayaan, Maka tidak heran banyak adanya koruptor adalah laki-laki, mungkin karena istrinya kurang bersyukur dengan harta yang diberikan suaminya, lalu sang suami melakukan segala cara untuk membahagiakan keluarganya dengan memberikan banyak harta berlimpah dan kehidupan megah, namun dari cara yang tidak berkah.

Aku hanya takut saja ketika kekayaan membutakan segalanya, ujian bagi wanita adalah ketika suaminya tak memiliki apa-apa, dan ujian untuk laki-laki adalah ketika dia telah memiliki segalanya. Aku takut, ketika dia memiliki segalanya, dia akan dengan mudahnya meninggalkan dan membuat banyak kekecewaan.

Mungkin bagi sebagian orang menikah itu simpel banget, karena menikah itu memuliakan sunah dan menyempurnakan separuh agama. Tapi bagiku tidak sesimpel itu, karena menikah itu ibadah seumur hidup, memikirkan akan hidup dengan orang yang tak ku kenal kepribadiannya, sifat dan sikapnya. Karena aku tak pernah mencari tahu bagaimana sosok lelaki idaman, bahkan mungkin aku tidak tahu bagaiman kriteria calon suami idamanku, hanya takut berharap, ketika mengharapkan segala kesempurnaan tapi Allah berikan yang sebaliknya. Hanya bisa berprasangka baik saja sama Allah.

Mungkin mudah diucapkan tapi apakah bisa untuk dipraktekan, bagaimana kalau mengalaminya. Hanya berharap Allah memberikan yang sesuai dengan apa yang kuharapkan.

#Self Reminder  


#Day(10)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Tuesday 14 May 2019

Bagaimana Ramadhanmu Tahun ini????


Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-9 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.
Tidak terasa ternyata sudah memasuki hari ke-9 yang itu artinya kita semakin mendekat untuk meninggalkan ramadhan. Apakah ada terbesit rasa sedih karena semakin cepat meninggalkan Ramadhan maka akan semakin lama pula untuk bertemu Ramadhan berikutnya yang belum tentu kita bisa bertemu lagi.

Pikiran polos anak kecil ketika menghitung sudah berapa banyak puasa yang sudah dia lalui dan berapa lama lagi akan menunggu hari raya. Karena kemungkinan kebanyakan orang tua akan menjanjikan sesuatu jika sang anak bisa melaksanakan puasa dengan full sebagai bentuk reward kepada anaknya. Dan selalu kebanyak anak kecil yang dinanti saat menjelang hari raya idul fitri adalah baju baru, kira-kira orang tuanya akan membelikan berapa banyak baju baru dan berapa banyak uang sangu yang akan dia dapatkan ketika berkunjung kerumah sanak saudara. 

Yang dipikirkan seorang bapak ketika mendekati hari raya, bagaimana caranya mendapatkan bonus dan penghasilan lebih selama Ramadhan supaya uangnya bisa dipakai untuk keprluan Hari raya yang selalu lebih banyak dibandingkan biasanya. Belanja untuk perayaan Hari Raya, membeli bahan-bahan makanan ketika nanti berkumpul bersama keluarga besar.

Bagi ibu-ibu akan sangat sibuk ketika sudah mendekati Hari Raya, Sibuk membuat aneka kue kering dengan berbagai varian, khas Lebaran adalah Nastar, Belum lagi aneka kue-kue yang lain. Kadang sampai mengeluh kelelahan karena waktu sehariannya dia gunakan untuk membuat satu macam kue dengan jumlah yang banyak, alasannya nanti takut kurang kalau bikin sedikit karena keluarga banyak. Membuat kue dengan banyak pertimbangan, misalkan memplotkan mana kue yang disukai anak-anak dan mana yang sesuai untuk orang tua. Kadang sampai malam Takbir pun masih sibuk menyiapkan ini dan itu.

Pasar akan sangat ramai pada H-7 Lebaran, bahkan bisa sampai macet dan akan banyak orang yang emosi, Pelabuhan akan penuh dengan lalu lalang pemudik yang kadang berebut naik untuk mendapatkan tempat yang bisa membuat kegaduhan pemudik maupun petugas, bandara, terminal dan stasiun pun sama sibukny.
#Pengalaman jadi Satgas Ramadhan.
Ya begitulah realitanya Ramadhan di Indonesia yang saya tahu selama 22 tahun ini. Rutinitas tahunan yang selalu terjadi. 

Kemudian kita baru menyadari bahwa ternyata kita telah melewatkan Ramadhan tahun ini begitu saja. Lalu tak sedikit yang mengatakan "Tak apa Ramadhan kali ini tidak maksimal, mudahan Ramadhan tahun depan bisa lebih baik". Padahal kita tidak menjamin apakah kita akan bertemu dengan Ramadhan lagi atau malah setelah Ramadhan tahun ini kita di jemput sang malaikat.  

Semoga Ramadhan kali ini lebih produktif dan menjadi lebih baik, ibadahnya lebih baik dari sebelumnya, tapi bukan berarti setelah Ramadhan ibadahnya biasa-biasa saja. Harapannya setelah Ramadhan makin ditingkatkan.

Bukan berarti saya telah menjalankan ibadah Ramadhan dengan baik, ya ini sebagai pengingat diri, teguran untuk diri sendiri. Maka jangan salahkan saya ternyata saya memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Ketika kalian melihat banyak kekurangan saya, maka jangan salahkan tulisan saya, cukup baca tulisan ini, jika bermanfaat maka alhamdulillah, tapi jika tidak baik tulisan ataupun diri saya maka jangan cela saya cukup lupakan saja. 


#Day(9)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

Monday 13 May 2019

Rezeki Silaturahmi




Hallo apa kabar Ramadhan hari ke-8, semoga tetap istiqomah dalam menjalankan rutinitas ibadahnya. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita hari ini dan hari-hari berikutnya.

Kali ini tentang Rezeki. Pasti sudah tidak asing lagi dengan kata Rezeki, selalu ada kata-kata "setiap orang atau setiap anak punya rezekinya masing-masing".

Ya percaya setiap kita telah tertakar rezekinya masing-masing. Karena Allah sudah menjamin setiap makhluk yang hidup dimuka bumi ini sudah ada jatahnya masing-masing.

Allah telah menjamin semua makhluk-Nya atas rezeki. Tapi bukan berarti kita hanya duduk diam tanpa melakukan apapun lalu Allah turunkan secara tiba-tiba dari atas langit.

Rezeki itu bukan gaji, karena gaji itu nominal yang kita dapat setelah kita melakukan pekerjaan, sedangkan rezeki tidak selalu berbentuk materi. Tidak semua orang punya gaji, tapi semua orang punya rezeki.

Ketika grup ribut efek dari telat gajian, banyak lelucon yang saling bersahutan, bahkan ada yang tanya sejak tanggal 10 apakah gaji sudah ditranfer. Dan ternyata sampai sekarang pun belum ada notivikasi dari bank yang menginfokan gaji sudah masuk apa belum. Bagi pekerja akan merasa sangat sedih dan kesal ketika gajian tertunda. Terlebih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi tapi uang semakin menipis atau bahkan sangat-sangat miris. Tapi lagi-lagi Gaji itu itu bukan Rezeki, Gaji itu pasti yang memberi yaitu bos atau instansi tempat kita bekerja. Tapi rezeki datangnya tidak disangka-sangka.

Perumpamaan Rezeki dan Gaji itu, ketika ada 2 orang yang bekerja ditempat yang sama dengan besaran gaji sama, ya anggap saja masing-masing bergaji 3,5 juta, dengan kebutuhan yang sama yaitu sama membayar sewa rumah dan sama-sama belum berkeluarga. Anggaplah si A dan si B. Mereka Gajian diawal bulan dengan membayar sewa rumah diawal bulan juga, besaran bayar rumah sama. Tapi si A sudah mengeluh dengan keuangannya di pertengahan bulan, dia bilang uangnya sudah mulai menipis padahal tidak dipakai untuk membeli apapun yang berarti, hanya dipakai untuk makan, transportasi dan isi pulsa. Namun si B, masih merasa tenang saja bahkan sampai akhir bulan, dia pun bisa menyisihkan sebagian uangnya. Terus apa yang salah dengan si A maupun si B. Dari gaya hidup misalkan, si A tidak bisa mengontrol dirinya dan si B bisa mengontrol apa yang termasuk kebutuhan atau keinginan. 
Mungkin si A tidak menjalin silaturahmi dengan banyak orang sehingga hidupnya hanya untuk dirinya sendiri, bahkan dengan gaji yang sama dia tidak bisa mengeluarkan sedekah sedikitpun. Sedangkan si B bisa menyisihkan uang sedekah, dan si B banyak menjalin silaturahmi dengan banyak orang, bisa saja jatah uang makan untuk hari itu berkurang karena ada tawaran makan bersama atau buka bersama gratis (karena momen Ramadhan).

Itulah makanya pentingnya sedekah dan menjalin silaturahmi. Tidak akan berkurang harta orang yang bersedekah, dan silaturahmi itu menambah persaudaraan. Bisa jadi rezeki yang tak disangka-sangka itu datangnya dari silaturahmi.

Saya pernah bercerita dengan salah satu teman "saya ingin punya suami yang beda kota dengan tempat asal saya", dia penasaran karena kebanyak orang akan mencari pasangan yang dekat dengan tempat asalnya supaya tidak terlalu jauh dengan orang tua. Saya katakan supaya saya bisa merasakan mudik, hahaha terdengar sangat lucu karena selama 4 tahun terakhir saya selalu merasakan mudik, lalu kata saya "untuk menambah ukhuwah, supaya dimana-mana punya saudara".
Sederhana sebenarnya, tapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan kita dikemudian hari, bisa saja kita akan berada jauh dengan keluarga kita, lalu ada orang-orang baik yang dikirim Allah untuk membantu kita. Ya itulah pentingnya menjalin ukhuwah. 
Mungkin sekarang canggih, bisa saja kita menggunakan hp untuk segala keperluan, karena istilah "dunia ada digenggaman", tapi tidak bisa mengalahkan silaturahmi.

Rezeki itu tidak berupa materi, dengan adanya teman-teman yang menuntun kita dalam kebaikan itupun rezeki yang tak ternilai. Bisa rezeki-rezeki yang lain akan ikut mengalir. Tergantung bagaimana kita bersyukur. 



Sunday 12 May 2019

Muslimah dari Negeri HAVANA, CUBA



Hai apa kabar iman hari ini, masihkah tetap terjaga atau sedang mengalami penurunan. Sudah memasuki hari ke-7 Ramadhan, jika sedang futur semoga Allah segera kembalikan semangat ibadahnya.

Cerita kali ini berasal dari negeri yang jauh, dengan perbedaan waktu 11 jam. Ya cerita ini dari seorang teteh sholihah dari Negeri HAVANA, CUBA. Teteh ini aslinya orang indonesia, aku mulai berteman di FB kayaknya sejak akhir semester 4. Namanya teh Santi (FB: Santi Susanti). Alhamdulillah pas kemaren inbox beliau dan ternyata beliau langsung respon, ya tapi cek jam dunia lewat hp, kira-kira d Havana jam berapa pas aku chat biar bisa segera di balas. hehehe.

Teh Santi ini seorang mahasiswa kedokteran di ELAM (Escuela Latinoamericana de Medicina) Cuba. Di Negeri dengan muslim yang minoritas dan sebagai mahsiswa kedokteran, mungkin cukup berat melaksanakan Ramadhan di Tahan rantau yang sangat jauh. Mungkin tak banyak yang menjalankan ibadah puasa disana dengan keadaan penduduk yang minoritas muslim dan cuaca yang lumayan panas dengan waktu puasa selama 15 jam.
Beliau mengatakan kelembaban udara di sana bisa mencapai 95% dengan cuaca yang sangat panas. 

Mungkin bagi kita disini Puasa ya udah sih biasa aja. Tapi mungkin kita akan merasakan hal yang sangat berbeda ketika kita berada dari tempat yang jauh dari tempat asal kita, apalagi dengan perbedaan tradisi dan iklim yang sangat kontras. Terlebih teh santi ini tinggalnya di asrama, kebayangkan bersama orang-orang dari berbagai negara dan kemungkinan besar mereka bukanlah muslim. Bagaimana caranya supaya bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang, bisa tilawah lebih banyak dari pada biasanya, bisa sholat tahajud sesukanya. Mungkin bisa, tapi teman-teman searamanya mungkin akan merasa terganggu. Tapi ada kejutan yang Allah berikan untuk beliau, karena ramadhan kali ini belau dikamar asrama sendirian, sehingga tidak perlu merasa risih atau canggung ketika akan melaksanakan ibadah-ibadahnya.

Jangan tanya apakah disana banyak mahasiswa asal Indonesia yang muslim, karena mahasiswa indonesia setiap tahunnya hanya berjumlah 1-3 orang, yang bisa kuliah disana, karena hanya mereka yang lolos seleksi yang bisa kuliah kedokteran di ELAM, karena kuliahnya beasiswa, jadi hanya orang-orang pilihan yang memiliki kesempatan itu, dan termasuk orang-orang pilihan juga yang tetap bisa mempertahankan keislamannya di Negeri Amarika Latin ini.

Dari beberapa unggahan teteh Sholihah ini, beliau selalu mengenkan jilbabnya sebagai indentitas muslimah, tak peduli bagaimana tanggapan orang-orang disekitarnya. Terkadang beliau juga tetap melaksanakan sholat walaupun d bawah pohon ketika berada diluar (jalan-jalan atau ada keperluan lain), beliau juga termasuk muslimah yang menjaga diri dari yang bukan mahramnya. Untuk mahasiswa kedokteran di tempat yang bahkan tak mengerti Islam, itu luar biasa bagiku. Karena yang sudah ngerti dan terkondisi saja masih susah. 

Nah pelajaran untuk kita yang disini, kita bisa sangat bebas menutup aurat, tapi masih enggan melaksanakannya, mungkin perlu sesekali mencoba hidup dinegeri minoritas dengan menutup aurat. Waktu menjalankan sholat terawih bisa menutup seluruh tubuh dengan mukena, tapi usai sholat terawih rambut terurai kemana-mana. Yang wajib itu menutup aurat, sedangkan sholat terawih itu sunah. 

Rezeki itu bukan hanya bentuk materi, tapi teman yang baik dan selalu mengingatkan dalam kebaikan itu juga rezeki, dan rezeki yang paling luar biasanya adalah nikmat iman didalam hati kita. 



#Day(7)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC 
#30HariRamahanDalamCerita 
#Bianglalahijrah