Wednesday 8 May 2019

Bersyukurlah Ramadhan Di Indonesia


Hari ke-3 Ramadhan, masih dengan nuansa yang sama, yaitu menikmati puasa yang diawali dengan makan sahur. Apa kabar iman hari ini, apakah sudah optimal ibadah kita sampai pada Ramadhan ke-3 ini. semoga tetap dalam keadaan istiqomah dengan segala ibadah dan semangat untuk mencapai targetan-targetan yang sudah dibuat untuk meningkatkan kapasitas ibadah yang berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya.
 
Suatu hal yang patut kita syukuri adalah kita merasakan Ramadhan di Indonesia, kita bisa merasakan nuansa Ramadhan yang memang berbeda dengan bulan-bulan biasanya. Ya, karena Ramadhan inilah di Indonesia banyak sekali dijumpai pasar Ramadhan atau orang-orang dipinggir jalan yang banyak menjajakan menu-menu takjil. 
Kita bisa bebas untuk beribadah, bahkan beberapa instansi seperti instansi pendidikan di Indonesia meliburkan kegiatan belajar mengajar pada awal menjelang Ramadhan dan menjelang hari Raya Idul Fitri. 
Kita bisa merasakan nikmatnya makan sahur bersama keluarga, dengan kondisi mata masih mengantuk tapi ibu memaksa untuk bangun dan makan sahur, selepas sahur menunggu waktu imsak dan sholat subuh yang kadang dalam keluarga ada obrolan-obrolan kecil yang mengundang tawa, atau nonton acara sahur bersama di TV. Ah nikmat dan indah rasanya momen Ramadhan itu.

Tapi pernahkah kita berfikir bagaimana keadaan saudara-saudara kita diluar sana, apakah mereka merasakan nikmatnya menjalankan ibadah puasa, ataukah mereka bisa dengan mudah menjalani puasa.
Ada beberapa negara yang waktu puasanya bisa mencapai 18 jam dengan kondisi cuaca yang panas, dan mereka tetap melakukan aktivitas belajar dan bekerja, mereka tinggal ditempat yang minoritas muslim, sehingga sangat banyak Restoran ataupun tempat-tempat makan yang buka, lalu bagaimana cara mereka yang tinggal disana jika baru melatih putra putrinya yang masih kecil untuk berpuasa.

Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang ada di Palestina, mereka mungkin bisa sahur tapi belum tentu mereka bisa berbuka, mereka mungkin masih dalam keadaan sehat saat sahur namun tidak bisa dipastikan apakah mereka tetap hidup saat berbuka. Mereka menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya tidak berbeda jauh dengan hari-hari sebelumnya, selalu dan selalu terdengar ledakan bom. Kita disini bisa merasakan nikmatnya makan dirumah, merasakan masakan ibu dan makan bersama keluarga, tapi mereka disana mungkin saja mereka sedang menikmati makannya ditempat pengungsian. 

Kita disini bisa makan puas dengan kenyang, banyak pilihan menu, berbagai takjil saat berbuka, tapi di Palestina mungkin hanya ada roti dan air mineral yang itu untuk dimakan bersama.

Kita tidak tahu bagaimana keadaannya disana, tapi ini adalah sebagai pengingat betapa kita disini memiliki banyak alasan untuk terus bersyukur. Membayangkan tentang mereka, apakah air mata kita pernah menangis lalu mendo'akan mereka. Kita yang masih mengeluh dengan keadaan kita, apakah tidak terbayang wajah-wajah mereka disana yang banyak sekali kekurangan dan kekhawatiran tapi mereka tetap kuat dan bertahan.

Yang masih merasa malas untuk bangun dan melaksanakan sahur, tidakkah memikirkan apakah saudara-saudara kita diluar sana bisa merasakan sahur yang nikmat juga. Yang masih merasa badmood untuk bangun sahur, apakah pernah memikirkan betapa kasihannya rezeki yang kita sia-siakan itu.
Bangun lebih awal, lebih banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan, mungkin lebih cepat bangun bisa menambah jumlah rakaat sholat tahajud tanpa terburu-buru untuk makan sahur, mungkin bisa menyempatkan membaca beberapa ayat lalu kemudian menyiapkan makan sahur. 

#Day 3
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallange30HRDC
#30HariRamahanDalamCerita
#Bianglalahijrah

12 comments:

  1. Makasih tulisannya. Mengingatkan kita untuk patut bersyukur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bersyukur kita yang masih bisa menikmati ramadhan dengan khidmat

      Delete
  2. lebih tepatnya lagi mereka2 yg justru puasa dalam keadaan yang bisa dibilang nggak enak damai aja ya. nggak ada cerita orang ngamuk karena warung makan atau restoran masih buka. menu buka yang harus pakai takjil kolak bahkan pakai air putih lalu makan biasa tanpa kue2 yg biasa dimakan dulu sebelum makan nasi pun nggak masalah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe iya saya belajar mensyukuri ketika jadi anak rantau yang tak bisa semanja bila dirumah 😊

      Delete
  3. Alhamdulillah tinggal di negeri ini, kadang tak pernah bersyukur akan nikmat itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kadang kita hanya melihat masalah-masalah yang ada di negeri ini. 😁

      Delete
  4. Iya, kasihan sekali mereka. Akibat kerakusan bangsa, nyawa melayang dengan mudahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena sifat manusia memang egois dan rakus. Hanya tidak semua menuruti nafsunya. 😊

      Delete
  5. Fabiaiyiaalaairabbikumaatukadzibaan

    ReplyDelete