Monday 24 May 2021

Surat Cinta Untukmu

 


 

Kucoba Menggoreskan Tinta Diatas Kertas Putih

Menuliskan Sebuah Isyarat Hati Tentang Dirimu

Namun Selalu Yang Tertuang Hanya Syair-Syair Kerinduan

 

 

Kamu Bagaikan Nahkoda Sebuah Kapal Yang Siap Berlayar

Berlayar Menyebrangi Samudra Bersama Deburan Ombak

Meninggalkanku Yang Tetap Terpaku Menatap Bayangmu

Kau Pergi Membawa Segala Impianku Bersamamu

 

Bisakah Kau Kembali Kepadaku

Hingga Aku Dapat Menatapmu Tepat Didepan Mataku

Bolehkah Aku Tetap Berdiri Disini Menantikanmu

Menanti Kau Kembali Kesisiku Dengan Senyuman

Hingga Akulah Tempat Terakhir Kau Melabuhkan Hati

 

 

 

(Yogyakarta, 18 september 2017)

Saturday 8 May 2021

Menolak Lelaki Sholeh

 






Suatu hari ada telpon dari seorang ustadzah disini, lalu terjadi sebuah percakapan:

Q : mba sekarang sudah punya teman?

A: ya ada Bu teman2 kantor. Ada apa ya Bu?

Q: bukan itu, maksud ibu sudah punya teman hidup atau calon?

A: oh itu, hehee belum ada Bu. 

Q: nanti kalau ada waktu luang bisa ketemu, cuma mau ngobrol2 sama mau ngenalkan anak ibu. 

A: hah, serius Bu. 

Q: iya serius.


Nah kira2 begitulah percakapannya waktu beliau telpon, lalu diatur waktu ketemuannya (didampingi ibunya, jadi gak cuma berdua). Terus ngobrol, ibunya mempersilahkan kalau diantara kami ada yang mau ditanyakan. Pertanyaan hanya seputar umur, alumni, pekerjaan, dan alamat. Hahaha terkesan basa basi banget. Dan yang pasti kalau sekarang ketemu dijalan aku udah gak ingat sama mukanya, karena memang jujur untuk melihat wajahnya aku g berani. Pertemuan diakhiri dan selesai. Tak ada saling tukar nomor telpon, karena perantara memang lewat ibunya. 

Gugup itu pasti. Setelah balik cerita keibu, tanggapan ibu kelihatan cukup antusias. Kalau ditanya gimana aku, ya entahlah. Karena memang sebenarnya ada seseorang yang Kusuka, orangnya jauh karena beda provinsi. Walaupun sebelumnya ibunya nanya apa ada dekat sama laki2 atau ada komitmen dengan seseorang. Ya aku bilang gak ada, karena aku cuma suka dan belum tentu orangnya suka. Makanya saat ditawari buat kenalan ya aku mau mau aja, karena memang aku tidak terikat dengan siapapun. Tapi sebelumnya ada rasa dilema, apa aku harus menunggu seseorang yang Kusuka yang itu gak jelas apakah dia suka atau tidak. Atau memilih laki2 yang dikenalkan ini. Sedikit berat, tapi rasa yakin aja gitu sama rencana Allah entah apapun itu pilihan Allah yang terbaik. 

Setelah kira-kira sebulan sejak pertemuan dengan anak ibunya, terus ditelpon sama ibunya tentang tanggapanku, apakah mau lanjut atau sudah cukup saja. Pas ditelpon gugup iya, karena pertama kali melibatkan orang tua, lebih tepatnya orang tuanya yang mau memperkenalkan anaknya. Setelah aku mendengar penjelasan ibunya, aku mengatakan "Ya sudah Bu, sudah saja kita akhiri". Waktu itu kukatakan kalau aku banyak kekurangan. Mungkin sebagian besar orang akan mengira itu adalah sebuah penolakan secara halus. Tapi ada alasan tersendiri kenapa aku mengatakan itu. Sedih lumayan, karena aku berharap nikah tahun 2021. Tidak apalah, kepastian untuk sudah atau lanjut adalah bulan April. Kita tidak boleh menolak orang Sholeh yang datang. Ada rasa kecewa saat aku cerita ke ibuku. Aku menolak bukan karena fisiknya karena untuk melihat wajahnya aja tak berani, bukan pula karena pekerjaannya karena dia telah bekerja. Tapi saat ibunya bilang kalau masnya belum siap kalau untuk tahun ini, mungkin baru bisa tahun depan. Bukan aku tak mau menunggu, hanya saja aku takut jikapun ta'aruf dalam waktu dekat ini, karena menuju tahun depan itu masih lama, dan tahun depan masih ada 12 bulan. Aku hanya takut kalau terlalu lama waktunya malah jadi fitnah. Dalam selang waktu itu, bagaimana kalau ternyata diantara kami justru memiliki pilihan lain, bertemu dengan orang baru yang mungkin lebih menarik, bagaimana jika dalam waktu itu terlihat segala kekurangan yang tidak bisa saling menerima. Takutnya ketika salah satunya mulai ragu, lalu saat akan memutuskan ada rasa tidak enak. 


Aku bahkan takut jika harus menyukai orang, karena banyak kekurangan yang kumiliki, aku sadar diri bahkan tidak ada apapun yang bisa kubanggakan jika seseorang memilihku. Wanita dipilih karena 4 hal, yaitu karena parasnya, hartanya, nasabnya dan agamanya. Diantara 4 hal itu, tak ada satupun yang bisa kubanggakan. Dari segi fisik pun tak menarik, hartapun aku hanya untuk mencukupi kehidupanku saja, jika dari nasab aku hanya bersyukur dengan adanya orang yang menyayangi dan mendoakan aku, jika karena agama, aku bahkan jauh dari kata Sholeha. 

Sekarang belajar ikhlas dan pasrah menerima segala ketetapan-Nya, apapun itu berharap itu adalah yang terbaik. Percaya pilihan Allah selalu terbaik. Kadang aku lupa mencari seseorang yang baik tapi aku lupa untuk menjadi baik, lupa mempersiapkan diri untuk menjadi seorang yang pantas untuk dipilih. Entah apa yang akan menghampiri lebih dulu, apakah berjodoh dengan seseorang atau dengan kematian.