Friday 15 May 2020

Perihal jodoh



Kadang kita rumit ketika membahas tentang jodoh. Adakalanya ingin menikah, tapi takut kalau salah pilih. Tapi ada sesuatu yang aku tangkap dari percakapanku tadi dengan seseorang. 
K : kalau sama tukang bakso mau?
Me : kenapa harus tukang bakso?
K : ya mau ga?
Me : asalkan kriteria yang kusebutkan tadi.
K : iya. Tapi kamu gak boleh kerja.
Me : ya gak papa kalau gak boleh kerja, asalkan dia mencukupi dan ada uang buat nabung. 
K : 1 juta sebulan. 
Me : hah, segitu berarti harus bisa bagi. 
K : tapi kamu S1, gak malu kalau sama tukang bakso?
Me : ya kan dia rezekinya halal, ya sebagai istri mendo'a kan. Kalau aku sih terima- terima aja. Tapi gak tau orang tuaku, karena pasti orang tua mau yang terbaik untuk hidup anaknya.
(Gak mirip banget percakapannya gitu, tapi intinya itu). 

Gini ya, aku gak mau menarget dia harus kerja yang wah dengan pendidikan yang bagus dll. Bukan gak mau, tapi lelaki yang bertanggung jawab akan mengusahakan yang terbaik untuk keluarganya dengan cara yang baik. Dia kaya, tapi tidak menghargai wanita, berkata kasar, suka membentak, suka memukul. Dia tampan tapi suka menggoda wanita. dia berpendidikan bagus tapi sombong. 

Ada cerita tentang seorang perempuan yang berpendidikan bagus dan berkarir bagus (ASN). Lalu kemudian akan menikah dengan seorang laki-laki yang pendidikannya sebatas SMA dan bekerja dibengkel (milik sendiri). Namun orang tua siperempuan tidak setuju karena alasan pendidikan dan pekerjaan calon suaminya. Namun dengan banyak rintangan yang dihadapi sampai akhirnya menikahlah mereka. Walaupun sempat akan menyerah, tapi laki-lakinya tetap memperjuangkan. Waktu berjalan hingga mereka punya anak. Lalu kemudian setelah tahu laki-laki ini bertanggung jawab atas hidup anaknya, kedua orang tua itupun menerima, tapi sayang, menantunya masih jarang sholat. Dari anak pertamanya mereka belajar untuk mencarikan suami yang Sholih untuk anak ke-2. 

Lalu anak keduanya sibuk dicarikan calon suami, tidak mempertimbangkan pendidikan ataupun pekerjaannya lagi, asal dia Sholih. Pendidikan anaknya sarjana dan sholihah. Kemudian dapatlah calon untuk anaknya itu, Sholeh, sopan, ada pekerjaan tapi pendidikan SMP. Dan kedua orang tua itu merelakan. 


Ibuku dulu pernah bilang "jangan nikah sama orang ini dan ini". Lalu kubilang "jangan memberi pantangan buat dapat menantu orang mana, nanti malah Allah kembalikan itu, malah dapat menantu dari suku yang ibu gak mau". 
Bulekku pernah bilang "nanti kamu jangan nikah sama petani, jangan nikah sama orang bengkel, kalau nikah sama orang yang kerja di kantoran, atau dia PNS dan sholih". Lalu kubilang "iya aamiin tapi bentar aku ngaca dulu, karena jodoh kan cerminan, lah aku punya apa bisa dapat yang istimewa kalau akunya kayak begini, hehehe (itu sambil bercanda)". 

Jadi sekarang aku hanya mengaamikan kata-kata mereka yang baik. Percaya Allah itu kasih lebih dari yang kita minta, Allah tahu tanpa kita kasih tahu, tapi kita tetap harus berdo'a. Walaupun tetap punya kriteria. Kalau Allah kasihnya lebih. Berarti itu bonus.

Dulu pernah ada teman bapak yang mau menjodohkan dengan anaknya. Tapi karena waktu itu aku baru lulus, dan aku masih mau kerja, jadi aku gak mau. Ternyata gak lama dapat kabar kalau ternyata anaknya itu udah punya pacar. Jadi yang mau itu orang tuanya, bukan anaknya.
Ada yg berkomentar "kenapa gak mau, dia kan anak orang kaya, kamu gak usah kerja kan enak, kalau belum kenal ya coba kenalan dulu, mana tau cocok". Jadi aku nolak bukan karena tampangnya, karena aku emang g pernah ketemu orangnya dan gak tau gimana orangnya. 

Jadi gini ya, itu yang mau orang tuanya, bukan putranya dan posisi anaknya punya pacar. Walaupun masih pacar, tapi sama aja aku merebutnya dari pacarnya. Dan aku gak mau jadi wanita seperti itu, karena wanita yang baik gak akan merusak kebahagiaan orang lain.

Kalau ada yang bilang "kamu itu gak bersyukur banget sih udah ada yang mau sama kamu tapi ditolak". Mohon maaf, itu yang mau orang tuanya, bukan anaknya dan posisi anaknya sudah punya pacar. Itu artinya anaknya gak suka, walaupun aku gak tau. 

Bukan aku gak bersyukur, cuma aku gak mau nyakiti orang aja. Aku itu maunya anaknya yang suka, karena aku hidup dengan anaknya, bukan orang tuanya, kecuali posisi anaknya memang menyerahkan urusan jodoh itu dengan orang tuanya dan dia tidak menjalin hubungan dengan siapapun, berarti aku gak merebut pasangan orang. Kalau ada yang suka, dia bilang dan serius gak main-main. Kalau dia belum kenal orang tuaku, ya aku bilang keorang tuaku, kalau dia kenal orang tuaku ya aku suruh dia datang ketemu orang tuaku, atau minimal dia telpon dan bicara sama orang tuaku. Bukan yang ngajak nikah cuma karena patah hati ditinggal mantannya nikah.