Friday 26 July 2019

Dear Calon Suami



Oneday duduk bersamamu, kita menatap senja bersama ditempat dan waktu yg sama, lalu kau bercerita tentang segala kepenatan mu hari ini dan ceritamu setiap hari kujadikan inspirasiku menulis. Kita berbagi cerita, saling mendengarkan, kau menjadi sandaran ku dan mendengar segala keluh kesah ku, dan kau jadikan aku semangatmu yang selalu memberimu tenaga setiap menatap senyumku.

Kita akan saling melengkapi dalam segala hal, minum kopi misalnya. Kubuatkan secangkir kopi untukmu, lalu kau meminumnya dan aku menikmati aromanya.

Saat aku salah, aku ingin kau memperbaiki kesalahanku, lalu membimbingku tanpa membentak atau memukulku. Saat aku sedih, kau jadikan bahumu untuk sandaran kepalaku dan dadamu siaga memelukku, lalu tanganmu membelai rambutku dan kau mengatakan "semua akan baik-baik saja, tenang ada aku disini, aku superhero mu, kamu wanita tangguh".
Saat kau penat dengan semua pekerjaanmu, lalu aku akan tersenyum menatapmu, kupegang tanganmu, hingga kau merasa tenang karena ada seseorang yang menjadi tanggung jawabmu.



Dear calon suami.

#moccacino_senja
#melukis_senja
#bercerita_tentang_senja
#bersamamu

Saturday 20 July 2019

Rasa kehidupan



Senja saat aku duduk di kursi diantara ribuan buku yang tersusun indah dalam meja bazar hari ini. Seorang gadis kecil membawa sebuah buku berwarna hijau yang bergambar hewan dan alam, dia tersenyum girang memperhatikan buku itu. Ah sesederhana itu bahagianya seorang anak kecil, seolah tak ada beban didalam kepalanya.
Bagaimana denganku, bagaimana dengan hidupku. Begitu nano-nano rasanya. Hidup tak seperti espresso yang pahit namun tetap dinikmati, atau lembut dan creeme bagaikan latte. Tapi hidup itu seperti moccacino yang berisi perpaduan antara kopi pahit atau susu yang terlalu manis, juga coklat yang berasa pahit, lembut juga manis. Moccacino itu tentang semua rasa kehidupan.

Friday 19 July 2019

Bab I



Gadis itu selalu duduk ditempat itu. Duduk di kursi yang berada disisi kanan meja yang tepat menghadap jendela kaca berukuran besar dan sangat terang, sisi luar jendela itu menghadap kearah jalan. Ya arah jalan tepat kendaraan dan orang berlalu lalang . Selalu dengan notebook 10 inci dihadapannya, entah apa yang selalu dia pandang diantara layar yang menyala itu. Wajahnya terfokus pada layar itu, jarinya mulai mengetik sesuatu dari keyboardnya, namun sesekali dia menghamburkan pandangannya keluar jendela dan menghentikan beberapa saat gerakan jemarinya. Kadang wajahnya terlihat begitu serius, kadang nafasnya mulai menghembus panjang dan menoleh kemeja kasir saat seseorang menerima kopi, seolah dia sedang menebak apakah itu moccacino atau espresso, ah tidak, wajahnya mulai lusuhl kembali ketika tembakkannya salah ternyata itu aroma cappucino.

Bangun Lagi



"Ada masa ketika merasa putus asa dengan segala harapan, lalu kemudian ada secercah cahaya harapan yang membuka kembali lembaran-lembaran yang telah terlupakan.
Tentang impian, dan ambisi yang sempat memudar. Ternyata aku tak pernah mengubahnya, lalu kenapa aku merasa diriku telah berubah. Bangun dan coba susun lagi apa yang pernah tertulis dulu. Mencoba meyakinkan diri bahwa aku pasti bisa, disaat mungkin sudah tidak ada lagi harapan. Bahkan dalam game pun bisa menang walau itu adalah nyawa terakhir"

Kembalilah wahai semangat, untuk kembali melanjutkan segala impian-impian itu. Tak apa bila tak ada seorang pun yang menyukainya, tapi perjuangkan. Tak apa bila tak ada seorang pun yang percaya, setidaknya diri ini meyakini Tangan Allah akan membantu. Tidak, kamu tidak aneh, kamu tidak lemah, kamu itu luar biasa. Jika semua orang merendahkanmu, maka buat dirimu tinggi dan besar karena kamu selalu melangitkan do'a dan menggetarkan seisi dunia.

Beliave, kamu itu berbeda. Kamu itu bisa, lalu mengapa kamu mencoba mengubur impian-impianmu, jika dalam hatimu saja kau tak rela untuk melepaskannya, padahal dirimu masih saja memperjuangkannya.

Tuesday 16 July 2019

Tentang Laki-Laki dan Perempuan



"Laki-laki itu kalau dalam tekanan masalah, mereka menyendiri, berkontenflasi dan merumuskan solusi. Perempuan kalau ada masalah mereka berbicara untuk mencurahkan isi hatinya mengurangi ketegangannya, pengen merasa dimengerti, difahami dan merasa tidak sendiri, kalau perlu menangis sampai tuntas air mata" (Ustadz Salim A Fillah)

Perempuan kalau ada masalah cenderung ingin bercerita sampai tuntas, lalu kemudian dia mungkin akan merasa lega setelah bercerita. Ketika dia bercerita maka dengarkan dengan antusias, karena kalau kamu mendengarkan hanya sekedarnya saja, dia akan merasa tidak dihargai dan merasa ceritanya diabaikan. Perempuan itu kadang cuma ingin didengarkan tanpa meminta solusi dari masalahnya, dia hanya merasa ingin didengarkan, ingin orang lain mengerti perasaannya, ingin kemudian melepaskan beban yang menyesakkan dadanya.

Sedangkan laki-laki kalau ada masalah cenderung untuk diam walaupun diwajahnya terlihat beban. Dia akan menceritakan masalahnya setelah dirinya merasa tenang dan mungkin ketika masalah itu telah dia selesaikan, karena dia merasa bahwa laki-laki itu memiliki tanggung jawab sehingga dia tidak ingin terlihat lemah didepan pasangannya.

Jadi kalau perempuan punya masalah dengarkan ceritanya, tak perlu memarahinya, dan mungkin jangan tawarkan solusi yang menurutmu itu sangat simple, karena itu adalah solusi yang mungkin menyinggung perasaannya. Misalkan seorang istri mengeluhkan "aku capek seharian ini, anak-anak rewel, mana dikantor ada masalah, belum lagi, ditambah lagi rumah berantakan, kerjaan rumah banyak, nyuci, masak, beres-beres hufh". Maka jangan tawarkan "ya udah nanti kita sewa pembantu buat beresin rumah". Ah itu adalah solusi simple dari laki-laki yang menyinggung perasaan perempuan, dalam keadaan capek dia ingin didengarkan, dengan menawarkan pembantu itu bisa  diartikan bahwa selama ini yang dia lakukan untuk rumahnya tak lebih seperti pembantu.

Jika laki-laki merasa terbebani dengan masalahnya, maka jangan paksa dia untuk bercerita masalahnya, karena dia tidak ingin membuatmu (perempuan) merasa terbebani juga dengan masalahnya, dia hanya tidak ingin membuatmu (perempuan) khawatir dengan masalahnya. Mungkin dengan memberinya waktu untuk menyendiri dengan tenang, bisa dengan memberikan semangat dengan senyuman atau memberinya segelas teh atau kopi hangat untuknya. kemudian setelah dia merasa tenang, mungkin dia akan menceritakan masalahnya. Maka saat itu berilah dia semangat dan jangan mengeluhkan segala hal, kuatkan dia jika masalah itu belum kelar, jika masalah itu telah kelar maka apresiasi sebagai bentuk menghormati dan menjadikan dia seperti super hero.

Perihal pernikahan itu banyak yang harus dipelajari. Termasuk belajar ilmu komunikasi, bagaimana berkomunikasi yang baik dan benar dengan pasangan. Belajar ilmu psikologi pasangan, bagaimana menghadapi masalah dengan berbagai emosi, bagaimana saat sedang bahagia dan bagaimana saat sedang sedih, sedang marah dan segala situasi.

Salah jika pendapat perempuan itu tugasnya hanya sumur, dapur dan kasur. karena banyak yang harus dia lakukan untuk keluarganya, untuk suaminya, anak-anaknya, belajar menghormati tetangga, menghormati orang lain, dan sangat-sangat banyak tugasnya.
Makanya perempuan itu mulia, saat kecil ia menjadi surga untuk ayahnya, saat dewasa menjadi surga untuk suaminya, dan saat menjadi ibu surga ada dibawah kakinya.
Saat dia kecil, dia wajib berbakti kepada orang tuanya, saat dia dewasa wajib berbakti kepada suaminya, dan saat menjadi ibu, anak laki-lakinya tetap wajib berbakti kepadanya.

Jadi cintamu (laki-laki) kepada istrimu jangan sampai menghilangkan baktimu kepada ibumu, dan baktimu (laki-laki) kepada ibumu jangan sampai mendzolimi istrimu.

Perempuan ketika menikah, dikelurga sendiri seperti tamu, dikeluarga mertua seperti orang lain.
Laki-laki selalu berkata "Jadilah menantu yang baik, karena ibuku membesarkanku tidak mudah"
Tapi sangat jarang mengatakan "Ibu, berbaiklah sedikit dengan istriku, dia rela meninggalkan orang tua yang sangat disayanginya untuk datang kekeluarga kita, sangat tidak mudah baginya untuk meninggalkan orang tuanya dan menjadi orang baru dalam keluarga kita".

Aku memang belum menikah, mungkin itu adalah penalaranku dari sebuah kutipan ceramah dari Ustadz Salim.

Ketika dulu ada teman yang sudah menikah, lalu kemudian baru ku sadari ternyata memang banyak teman-temanku yang sudah menikah dan punya anak. Tiba-tiba terbesit dalam pikiran "bagaimana setelah mereka menikah, bagaimana cara mendidik anak" sebuah ketakutan yang terlintas, bahwa aku gagal dalam mendidik anak. Tapi itu kan tugas bersama dalam rumah tangga. Ya tentu itu tugas bersama, tapi bukankah ibu itu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Waktu kuliah diajarkan cara komunikasi mulai dari bayi sampai orang tua. Bagaimana seharusnya belajar berkomunikasi dan memahami bahasa dari bayi, anak-anak, remaja dan dewasa.
Sungguh jika itu semua dibahas, mungkin aku tidak akan sanggup dan mungkin aku sangat-sangat takut untuk menikah. Ya memang mungkin belum siap, terutama ilmu parenting yang mungkin aku dapatkan dari kuliah dari ceramah-ceramah d internet dll. Belum ada satupun tabungan buku ilmu parenting, belum satupun buku tentang psikologi anak.

Proses pendewasaan, proses belajar, proses dan terus berproses untuk lebih baik.
Oke yang pasti sekarang belajar menjadi perempuan produktif yang bermanfaat. Tidak boleh hanya memikirkan tentang jodoh tanpa ada perbaikan-perbaikan dan mempersiapkannya. Ingin mendapatkan yang sholih, mapan, baik, romantis, dan segala-galanya, sudah pantas kah dengan diri yang masih banyak salah.