1 Juni 2018 tepat hari jum’at peserta aksi bela palestina
sudah kumpul disekitar mesjid Syuhada Yogyakarta, sembari menunggu waktu sholat
jum’at kami tim dari KNRP (waktu itu dpt taklimat untuk gabung di Tim KNRP),
kami menyebutnya Tim Shunduk. Ya waktu
sholat Jum’at masih belum mulai dan kami mempersiapkan tim dan pembagian Job
desk. Waktu itu aku dan sepupuku dapat amanah sebagai tim penghitung uang, gak
kebayang gimana menghitung uang hasil donasi sepanjang aksi dari Mesjid Syuhada
sampai di 0 KM sebagai titik akhir untuk Orasi. Bingung ya, judulnya Iri Sama
Orang Kaya kok yang diceritakan masalah aksi. Nah dalam aksi Bela Palestina itu
kami menggalang dana sepanjang jalan kepada orang-orang yang kami temui. Banyak
berbagai orang yang kami temui.
Waktu itu dresscode nya pakai baju putih. Sampai tiba
waktu sholat Jum’at yang ikhwan pada sholat dan yang akhwat menunggu selesai
sholat jum’at sembari sholat dzuhur di bagian akhwat. Sampai waktu aksi tiba,
sudah banyak orang-orang yang baris di jalan depan Mesjid, sebagian membawa
spanduk yang entah apa saja tulisan tentang pembelaan umat muslim kepada rakyat
palestina, ada yang membawa bendera Palestina, ada yang membawa bendera Alliwa
dan Arroya, bendera merah putih pun ada. Saya selain sebagai tim penghitung
uang, juga sebagai tim yang membawa kotak donasi, dan meminta kepada setiap
orang yang kami temui. Oke, sepanjang jalan sampai ke Parkiran Abu Bakar donasi
belum kucup banyak. Lalu sepanjang jalan malioboro masih beraksi dengan kotak
kardus, tak malu-malu mengajak orang untuk bersedekah, bahkan seoran turis yang
terlihat bukan muslim sekalipun, kepada pedagang, orang-orang yang santai
duduk-duduk di sepanjang jalan.
Tiba di titik pemberhetian, ada yang menyemangatkan orasi
(walaupun sepanjang jalan pun ada yang berorasi), namun titik kumpul terakhir
adalah di 0 KM. Disini tugas sebagai penghitung uang dimulai, dan saat
menghitung uang inilah aku mulai iri. Iri pengen punya uang banyak seperti
tumpukan uang hasil donasi, munkin jumlah bisa dibilang ya pengen. Tapi bukan
itu yang ku maksud. Aku sudah tidak khidmat dalam aksi dengan berbagai orasi yang
silih berganti. Karena diriku hanya akan terfokus pada tumpukan rupiah yang
berantakan dan harus dihitung. Dari sekian banyak rupiah yang terkumpul, ada
cara-cara unik orang dalam bersedekah. Dan yang paling membuat iri itu adalah
sejumlah uang dalam amplop coklat masih terlem rapi kalau tidak salah waktu itu
jumlahnya adalah sekitar 5 juta rupiah, hei siapa yang gak iri. Ini yang ku bilang
iri sama orang kaya, dia bahkan tidak membuka kemudian mengambil beberapa
lembar uang dalam amplop itu, tapi dia serahkan uang itu semuanya masih rapi
dalam amplop. Kami yang menghitung seketika tertegun dan dalam beberapa saat
aku bilang ke sepupuku “mba kapan ya kita bisa memberika sebanyak ini dengan
mudah tanpa memikirkan harta yang kita punya” sepupuku bilang “iya pengen ya
bisa kayak gitu, tapi kita sekarang aja buat makan masih minta orang tua”. Mungkin Hamba
Allah itu sadar bahwa ada hak orang lain yang tersimpan didalam hartanya. Nah
itu sedekah yang banyak sekaligus, beda lagi dengan uang 200 ribu terselip
terbungkus uang 2000, uang ratusan ribu digumpal pakai tisu supaya tak terlihat
jumlahnya sampai aku kira itu sampah ternyata didalamnya ada uang ratusan ribu,
ada lagi yang sebotol uang receh logam dan ada juga beberapa lembar kertas,
salah satu teman yang menerima uang itu bilang kalau itu dari seorang anak
kecil yang ngumpulin uang jajannya buat disumbangkan buat donasi. Iri ya sama
anak yang kayak gitu sampe netes air mata, gimana orang tuanya mendidik anak
yang bisa ikhlas seikhlas itu ya. Berdo’a berharap bisa dikaruniani anak yang
semacam itu.
Seorang mba senior bilang “mungkin kita belum bisa
sedekah harta sebanyak itu, kita masih bisa sedekah tenaga buat ngumpulin
rupiah-rupiah itu”, terharu ya
karena
Cuma itu yang kami bisa. Alhamdulillah kita masih bisa menyempatkan waktu buat
berguna buat orang lain. Alhamdulillah setelah sore berakhir uang yang
terkumpul mungkin sekitar 60 atau 40 juta lebih, terharu, senang banget, uang
segitu dari ribuan masyarakat Indonesia untuk Palestina. Ada anak yang rela
mengumpulkan uang buat saudara-saudara mereka yang ada dipalestina. Ada yang memberikan uang dalam amplop penuh tanpa ia
ambil barang selembar pun (yang kami mengira mungkin itu uang gajinya atau uang
entah dari mana yang ia dapatkan dari kerja kerasnya). Iri karena mereka masih
bisa menyisihkan sebagian hartanya untuk orang lain, sadar bahwa sebagian dari
harta kita ada hak orang lain. Sampai temanku pernah bilang “kalau ada teman
yang hutang terus hutangnya gak dibayar-bayar, mungkin itu hak dia yang
dititipkan kekamu” hehehe agak pahit kata-katanya.
No comments:
Post a Comment